TUTUP
TUTUP
NasionalSeni Budaya

Sastrawan Remy Sylado Berpulang, Ini Kronologi hingga Janji Anies Baswedan

Admin
13 December 2022, 11:17 AM WAT
Last Updated 2022-12-18T11:20:01Z
Remy Sylado (Foto: Istimewa)

JAKARTA - Sastrawan Remy Sylado meninggal dunia di kediamannya, kawasan Cipinang Muara, Jakarta Timur pada Senin (12/12) siang. 


Ia tutup usia di umur 77 tahun setelah merasakan sakit pada malam hari sebelumnya.


Remy Sylado sempat tak mau makan, hal itu berimbas pada perutnya yang bermasalah karena membengkak. 


Kala itu, Remy Sylado mengeluh kesakitan pada tubuhnya. Pihak keluarga sempat berniat agar Remy Sylado dibawa ke IGD esok paginya.


"Iya di rumah, tadinya saya mau bawa ke rumah sakit karena dari kemarin dia nggak makan. Terus perutnya bengkak dan besar, terus kesakitan sepanjang malam. Dia mengerang kesakitan saya putuskan besok saya bawa ke IGD," ujar Emmy Tambajong, selaku istri.


Menurut penuturan Emmy, pagi harinya mereka tak mendapatkan ambulans untuk mengantar Remy Sylado. Mereka baru mendapatkan ambulans pukul 12.00 WIB.


Saat itu, Remy Sylado belum juga makan, pihak keluarga juga takut sang sastrawan mengalami dehidrasi.


"Ternyata saya minta ambulans tidak ada, untuk Jakarta Timur baru ada setelah jam 12 siang, saya kan maunya pagi ya karena sudah seharian nggak makan takut dehidrasi kan," kata Emmy lagi, dilansir detikcom.


Emmy kembali menjelaskan, saat pagi hari ia sempat memberikan kopi susu untuk Remy Sylado. Saat itu Remy Sylado masih bisa berbicara, tapi sudah tidak begitu jelas.


Tak lama kemudian, Remy Sylado memberikan respons yang mengkhawatirkan. Napasnya mulai melemah dan membuat pihak keluarga panik. 


Ia pun menghembuskan hafas terakhirnya beberapa saat setelahnya.


"Akhirnya saya nggak menyaksikan dia pergi, adik saya yang bilang, dia udah nggak bernapas. Saya datang udah dingin semua," lanjut Emmy sambil menangis.


Riwayat Sakit


Kondisi kesehatan novelis 'Ca Bau Kan' itu menurun sejak terkena stroke yang ketiga kalinya pada Oktober 2022. Emmy pernah menceritakannya di awal 2022.


"Sebelum stroke ketiga, sebelumnya sudah terkena stroke pertama dan kedua dalam kurun waktu 2011 sampai 2020," ucap Emmy.


Kondisinya mulai menurun usai stroke yang ketiga kalinya. Menurut penuturan Emmy, ada penyakit lainnya yang membuat Remy Sylado sampai melakukan cuci darah sebanyak dua kali.


"Jadi waktu pertama itu karena ada keracunan di dalam perutnya, terus dikeluarkan dokter. Ada 2,5 liter di dalam perut, karena seluruh perut itu membesar. Keras," ungkapnya.


"Waktu di CT Scan dokter dikasih lihat kalau ada racun di dalam perutnya dan setelah itu dioperasi, dikeluarkan. Itu kira-kira 10 Oktober 2020," sambung Emmy.


Selama dua bulan lamanya, Remy Sylado menjalani pengobatan di rumah sakit. Pada 30 Desember 2020, dia pun disuruh menjalani rawat jalan di rumah.


"Setelah 30 Desember 2020 pulang ke rumah, dokter suruh pulang karena kasus COVID-19 lagi tinggi-tingginya. Pulang untuk menjalani akupuntur dengan listrik, sudah dijalani selama dua bulan terus berhenti, disuruh kirim fisioterapi dari rumah sakit. Sekali datang Rp 250 ribu," cerita Emmy.


Sayangnya karena kondisi keuangan menipis, fisioterapi itu pun terhenti. Remy Sylado juga tidak mendapat perawatan medis apa pun dan hanya herbal yang diberikan keluarganya.


Dua bulan yang lalu, Remy Sylado mengeluh sakit ketika buang air kecil dan air buang besar. Ternyata dugaan keluarga benar.


Remy Sylado mengidap sakit hernia dan sempat dioperasi di RSUD Tarakan pada Januari 2022. 


Saat itu, Anies Baswedan yang masih menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta juga menjenguknya dan menjanjikan biaya pengobatannya bakal ditanggung pemerintah.


Janji Anies Baswedan


Sampai akhir hayatnya, Remy Sylado masih aktif menulis. Di awal Januari lalu, istrinya, Emmy Tambajong, menuturkan ada satu novel terakhir sang seniman yang masih belum diterbitkan.


Novel itu berjudul 'Brower'. Tapi ide mengenai alur ceritanya sudah ada dalam benak Remy Sylado dan saat itu belum diketik naskahnya.


"Kan belum bisa mengetik ya selama ini. Jadi memang sudah ada jalan cerita di dalam pikirannya. Cuma belum tertuang dalam tulisan. Mudah-mudahan ya (setelah sembuh nanti)," kata Emmy.


Menurut Emmy, saat Anies Baswedan menjenguk sudah diberikan nasihat agar Remy Sylado semangat berjuang melawan rasa sakitnya, serta berkeinginan untuk segera pulih seperti sedia kala lagi.


"Makanya harus sehat dulu, harus bisa duduk dan mengetik. Agar jadilah itu naskah," sambungnya.


Bahkan saat itu, Anies Baswedan berjanji bakal membiayai seluruh proses penerbitan novel Remy Sylado selain soal biaya pengobatannya selama sakit. 


Namun sayangnya hingga maut menjemput, kondisi tubuhnya tak memungkinkannya untuk menggarap ide cerita dari novel tersebut.


Pria bernama lengkap Japi Panda Abdiel Tambajong merupakan tokoh yang menggagas puisi 'Mbeling' di sekitar 1972. 


Saat itu, adalah masa Orde Baru dan banyak seniman yang dibungkam.


Dalam ranah sastra, puisi 'Mbeling' melampaui batas dan pakem yang ada. Tak seperti angkatan sebelumnya yang penuh dengan rima, Mbeling muncul dengan apa adanya bahkan kata maupun huruf yang dipakai Remy Sylado nyeleneh.


Dalam berbagai wawancara, Remy Sylado menjelaskan puisi mbeling hadir sebagai penampungan kreativitas bagi anak muda. 


Sudah tak zamannya lagi, puisi itu terikat pada kata-kata yang sama maupun berima. Mbeling sendiri artinya nakal, susah diatur, dan memberontak dalam bahasa Jawa. (*)

close