![]() |
(ilustrasi/ist) |
SABURAI LAMPUNG - Kebijakan tentang beras di tanah air mendapat perhatian pengusaha internasional. Paling tidak hal itu menjadi bahan diskusi di pertemuan puncak chief excecutive officer pada rangkaian acara pertemuan pemimpin ekonomi Asia Pasifik di Manila, Filipina, Rabu (18/11/2015).
Kebijakan tentang beras ditanyakan seorang pengusaha bernama Hendri Liem saat Wakil Presiden Jusuf Kalla tampil sebagai pembicara. Liem menanyakan apakah Indonesia masih akan terus impor beras, atau mengubah kebijakan itu menjadi negara pengeskpor beras.
Liem juga meminta penjelasan Kalla terkait keberadaan PT Sang Hyang Seri, perusahaan negara yang fokus pada penyediaan benih padi.
Dia meminta penjelasan, apakah lembaga tersebut akan didorong terus untuk mendukung program-program di sektor pertanian. Liem mengenal perusahaan itu karena juga bergerak pada usaha pengadaan benih padi.
Kalla lantar menjelaskan bahwa tanggung jawab pemerintah saat ini adalah mencukup kebutuhan beras untuk 250 juta penduduk.
Pada saat yang sama pemerintah menghadapi dilema makin sempitnya lahan pertanian.
"Banyak lahan pertanian yang berubah menjadi area bisnis," kata Jusuf Kalla, Rabu (18/11) di Manila.
Tahun ini, kata Kalla, adalah tahun yang berat dalam bidang pangan. Karena dampak El Nino yang parah, pemerintah memutuskan impor beras dari Vietnam. Namun, pada tahun depan, saat kondisi kembali membaik, pemerintah bertekad tidak akan impor lagi.
Sementara mengenai pengembangan lembaga riset Sang Hyang Seri, menurut Kalla, pemerintah akan terus menjadikan lembaga itu menghasilkan riset yang lebih baik dalam bidang perbenian. Keputusuan ini sangat dibutuhkan agar kebutuhan pangan rakyat terjamin, seperti dilansir Kompas.
Pidato Kalla
Pada forum itu, peserta juga menanyakan komitmen pemerintah menangani masalah kebakaran hutan dan lahan. Kebakaran itu menyebabkan kabut asap yang mengganggu aktivitas negara tetangga. Hal itu ditanyakan pengusaha Malaysia yang mengaku bernama Tan.
"Bagaimana Bapak Wakil Presiden melihat persoalan ini. Kami ingin tahu solusi yang dilakukan pemerintah," kata Tan.
Menanggapi hal itu, Kalla mengatakan, masalah kebakaran lahan semakin parah karena adanya El Nino. Hal itu berdampak pada mudahnya kebakaran hutan dan lahan.
Penyebab lain adalah aktivitas penggunaan hutan yang tidak bertanggung jawab.
"Tentang asap, kami tidak mengontrol kemana angin berhembus. Saya minta maaf jika asap telah mengganggu negara sekitar. Tahun depan, mungkin asap masih akan ada, tetapi saya yakin asap akan jauh berkurang," kata Kalla.
Pemerintah menyampaikan terimakasih pada semua negara yang membantu penanganan kebakaran hutan dan lahan.
Tahun ini, pemerintah memulai program besar merestorasi hutan.
Kalla mengajak peran dunia untuk ikut menjaga hutan Indonesia. Sebab hutan Indonesia menjadi salah satu paru-paru dunia.
Kalla mengharapkan hal ini menjadi titik awal jalinan kerjasama dalam menangani isu lingkungan saat konferensi tentang lingkungan di Paris. (*)