TUTUP
Lampung

Seismometer Rusak, GAK Belum Terpantau

Admin
04 September 2012, 6:21 PM WAT
Last Updated 2016-03-09T22:29:18Z
Kepala Dinas Kesehatan Lampung Reihana
LAMPUNG - Aktivitas Gunung Anak Krakatau (GAK) hingga siang tadi masih belum dapat dipantau oleh pos pemantau Hargo Pancuran. Pasalnya, alat seismometer yang terpasang di GAK masih rusak. Sehingga aktivitas GAK masih belum terpantau.

Menurut kepala pos pemantau Hargo Pancuran Kecamatan Rajabasa Andi Suardi, pantauan secara visual menggunakan teropong pun masih belum bisa dilakukan. Sebab jalur pandang dari pos yang berjarak sekitar 40 kilometer dari GAK tersebut terhalang kabut.

"Kita masih belum bisa melakukan pemantauan aktivitas. Sebab sesmograf masih belum berfungsi. Dan pantauan secara visual masih terhalang kabut," paparnya, Selasa (4/9).

Ditambahkannya, bahwa sejauh ini dari Badan Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi masih belum menaikan status GAK. Dan status GAK masih tetap waspada. Namun masyarakat tetap diminta untuk tidak beraktivitas dalam arang 3-4 kilometer.

Sementara, BMKG Lampung membantah perihal bahwa debu hitam yang ada di Bandar Lampung berasal dari kebakaran bukit di Lampung, seperti yang diungkapkan oleh Surono, Kepala Badan Vulkanologi dan Mitigasi Bencana (BVMKG) Kementrian ESDM, di pemberitaan detikcom, Selasa.

"Itu tidak ada abu vulkanik sampai Lampung, itu kan di Lampung adanya kebakaran bukit yang terkena tiupan angin mengarah kota," kata Kepala Badan Vulkanologi dan Mitigasi Bencana (BVMBG) Kementerian ESDM, Surono, pada detikcom, Selasa (4/9/2012). Surono mengaku heran dengan informasi yang menyebutkan abu tersebut berasal dari letusan gunung Anak Krakatau. Padahal ketinggian letusan gunung Anak Krakatau hanya mencapai 400 meter berupa material berat yang tidak mungkin bisa mencapai kota Bandar Lampung.

"Jadi nggak ada kebakaran bukit. Kalau abu vulkanik kemungkinan besar iya. Sebab arah angin memang menuju ke arah Lampung," ujar Nurhada, Kasi Observasi dan Informasi. Nurhada mengatakan, untuk memastikan apakah debu hitam tersebut berasal dari abu vulkanik atau bukan, caranya dengan tempelkan jari ke debu yang menempel di kaca mobil misalnya, lalu dicium. "Jika berbau seperti belerang maka itu pasti dari abu vulkanik Gunung Anak Krakatau," tegasnya.

Positif
Dinas Kesehatan Lampung memastikan bahwa debu hitam yang ada di Bandar Lampung adalah abu vulkanik dari Gunung Anak Krakatau (GAK). Kepastian ini diketahui setelah Dinas Kesehatan melakukan uji laboratorium.

Kepala Dinas Kesehatan Lampung Reihana mengatakan, uji debu dilakukan menggunakan alat spektrofotometer. Alat ini dipakai untuk melihat kandungan kimia dan logam. "Hasilnya positif debu itu adalah abu vulkanik," ujar dia saat menggelar konferensi pers di kantornya, Selasa (4/9).

Ia mengatakan, sifat kimia di debu itu tidak larut dalam asam kuat. "Oleh sebab itu kami memastikan itu abu vulkanik," tegasnya.

Di sisi lain, Camat Rajabasa Kabupaten Lampung Selatan, Setiyawansyah meminta kepada masyarakat yang tinggal di pesisir pantai dan di pulau Sibesi untuk tetap tenang dan tidak panik terhadap peningkatan aktivitas Gunung Anak Krakatau (GAK).

Ia meminta masyarakat untuk tetap beraktivitas seperti semula. Dan tetap waspada serta memperhatikan himbauan dari pihak yang berwewang dalam memberikan informasi tentang GAK. "Kita meminta kepada masyarakat untuk tetap tenang. Dan tidak berpengaruh terhatap informasi-informasi yang menyesatkan tentang GAK," ungkapnya.

Dikatakan, pihaknya terus berkoordinasi dengan pos pemantau GAK di Hargo Pancuran terkait dengan perkembangan aktivitas GAK. Dan akan segera menginformasi dengan masyarakat bila ada perubahan informasi dari pos pemantau GAK di Hargo Pancuran. "Sejauh ini informasi dari pos pemantau status GAK masih waspada. Belum ada peningkatan status," tandasnya.
 
Kecamatan Rajabasa telah menyiapkan jalur evakuasi bagi warganya bila terjadi hal-hal yang tidak diinginkan terkait dengan peningkatan status Gunung Anak Krakatao (GAK) saat ini.

Menurut Setiyawansyah, wilayah pesisir pantai di Kecamatan Rajabasa telah memiliki jalur evakuasi bencana. Sebab, ungkapnya, wilayah pesisir pantai di Kecamatan Rajabasa memiliki potensi bencana Tsunami dari aktivitas GAK.

"Kita telah buat jalur evakuasi bila terjadi bencana Tsunami maupun gelombang pasang. Baik akibat pengaruh dari aktivitas GAK maupun bencana alam lainnya," paparnya.

Namun Setiyawansyah meminta warga tetap waspada dan tidak mudah terpengaruh oleh  informasi-informasi yang tidak akurat dari pihak-pihak yang tidak bertanggungjawab tetang GAK. Menurutnya, informasi tetang aktivitas GAK yang dapat dipercaya yakni informasi yang dikeluarkan oleh Pos pemantau di Hargo Pancuran dan dari Badan Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Bandung.

close