LAMPUNG - Sebagai daerah rawan bencana tsunami, Lampung belum memiliki alat pendeteksi tsunami yang memadai. Ini dikarenakan diperlukan biaya yang mahal. Namun, kehadiran Jhonizar mungkin bisa menjadi alternatif. Ia menciptakan alat pendeteksi tsunami yang murah.
Empat buah rangkaian elektronik berjejer di atas sebuah meja. Dua antena tampak berdiri mengapit meja. Satu unit komputer dan satu baskom berisi air ikut menghiasi. Sederhana sekali. Tapi siapa sangka, ternyata susunan itu adalah alat pendeteksi tsunami.
Dia lah Jhonizar. Dosen Teknik Elektro di Universitas Megou Pak Tulangbawang inilah pencipta alat itu. "Alatnya sederhana saja tapi bisa menjadi pendeteksi tsunami," kata dia saat diwawancarai di Balai Keratun, Rabu (12/9). Alat pendeteksi tsunami ala Jhoni, sapaan akrabnya, tidak memakai transmisi satelit. Ia memanfaatkan gelombang frequency modulation (FM). Gelombang yang biasa dipakai stasiun radio mengudara.
Jhoni menerangkan, peralatan yang dibutuhkan adalah akuisisi sensor, FM transmitter, FM receiver, alarm indikator, dan komputer. Cara kerja berawal dari sensor yang dipasang di kawasan pantai rawan tsunami. Sensor ini berguna untuk mendeteksi perubahan fisis tinggi atau rendahnya permukaan air. "Sensor ini menggunakan jenis variabel resistansi, sehingga informasi yang dikirim berupa data tegangan analog yang berubah-ubah sesuai tinggi rendah permukaan air," terangnya.
Data tegangan analog dari sensor ini kemudian dikonversi menggunakan rangkaian mikrokontroler. Dengan begitu, terus Jhoni, data dapat dikenal oleh komputer. Data sensor yang sudah dirubah dalam bentuk digital, dikirim secara wireless menggunakan gelombang FM. Menurut dia, sebelum dikirim, data tegangan digital akan dikonversi kembali ke dalam bentuk frekuensi digital menggunakan rangkaian voltage to frequency converter. Kemudian dikirim melalui rangkaian FM transmitter.
Pengiriman melalui FM transmitter itu akan diterima FM receiver. Oleh FM receiver, data yang masih berbentuk frekuensi digital akan dirubah ke dalam bentuk tegangan digital seperti semula. Proses akhir, lanjut Jhoni, adalah pendeteksian data sensor secara interface menggunakan komputer. Untuk pendeteksian ini, jelas dia, digunakan rangkaian alarm otomatis. Alat yang dimiliki Jhoni ini baru mampu menjangkau lima kilometer.
Menurutnya, jangkauan pengiriman bisa diperpanjang dengan menambah komponen rangkaian penguat daya. "Bisa menjangkau sampai 100 kilometer asal penguat daya ditambah," ujar pria lulusan Fakultas MIPA Unila ini. Peralatan yang dibuat Jhoni ini bisa didapat dengan mudah di pasaran. Itulah kenapa alat pendeteksi tsunami Jhoni ini terbilang murah. Jhoni memulai membuat alat ini satu tahun lalu. Ia membutuhkan waktu enam bulan percobaan sampai akhirnya peralatan ini terwujud.
Usaha keras Jhoni ini membuahkan hasil. Ia berhasil menjadi juara tiga kategori peneliti lomba inovasi teknologi terapan tahun 2012, yang digelar Pemerintah Provinsi Lampung. Asisten II Arinal Djunaidi menyambut baik kehadiran alat Jhoni. Ia mengatakan, akan menyampaikan hal ini kepada Gubernur Lampung Sjachroedin. "Kenapa tidak temuan kami tindaklanjuti dengan memberikan bantuan anggaran, sehingga bisa bermanfaat bagi masyarakat," kata Arinal.
Empat buah rangkaian elektronik berjejer di atas sebuah meja. Dua antena tampak berdiri mengapit meja. Satu unit komputer dan satu baskom berisi air ikut menghiasi. Sederhana sekali. Tapi siapa sangka, ternyata susunan itu adalah alat pendeteksi tsunami.
Dia lah Jhonizar. Dosen Teknik Elektro di Universitas Megou Pak Tulangbawang inilah pencipta alat itu. "Alatnya sederhana saja tapi bisa menjadi pendeteksi tsunami," kata dia saat diwawancarai di Balai Keratun, Rabu (12/9). Alat pendeteksi tsunami ala Jhoni, sapaan akrabnya, tidak memakai transmisi satelit. Ia memanfaatkan gelombang frequency modulation (FM). Gelombang yang biasa dipakai stasiun radio mengudara.
Jhoni menerangkan, peralatan yang dibutuhkan adalah akuisisi sensor, FM transmitter, FM receiver, alarm indikator, dan komputer. Cara kerja berawal dari sensor yang dipasang di kawasan pantai rawan tsunami. Sensor ini berguna untuk mendeteksi perubahan fisis tinggi atau rendahnya permukaan air. "Sensor ini menggunakan jenis variabel resistansi, sehingga informasi yang dikirim berupa data tegangan analog yang berubah-ubah sesuai tinggi rendah permukaan air," terangnya.
Data tegangan analog dari sensor ini kemudian dikonversi menggunakan rangkaian mikrokontroler. Dengan begitu, terus Jhoni, data dapat dikenal oleh komputer. Data sensor yang sudah dirubah dalam bentuk digital, dikirim secara wireless menggunakan gelombang FM. Menurut dia, sebelum dikirim, data tegangan digital akan dikonversi kembali ke dalam bentuk frekuensi digital menggunakan rangkaian voltage to frequency converter. Kemudian dikirim melalui rangkaian FM transmitter.
Pengiriman melalui FM transmitter itu akan diterima FM receiver. Oleh FM receiver, data yang masih berbentuk frekuensi digital akan dirubah ke dalam bentuk tegangan digital seperti semula. Proses akhir, lanjut Jhoni, adalah pendeteksian data sensor secara interface menggunakan komputer. Untuk pendeteksian ini, jelas dia, digunakan rangkaian alarm otomatis. Alat yang dimiliki Jhoni ini baru mampu menjangkau lima kilometer.
Menurutnya, jangkauan pengiriman bisa diperpanjang dengan menambah komponen rangkaian penguat daya. "Bisa menjangkau sampai 100 kilometer asal penguat daya ditambah," ujar pria lulusan Fakultas MIPA Unila ini. Peralatan yang dibuat Jhoni ini bisa didapat dengan mudah di pasaran. Itulah kenapa alat pendeteksi tsunami Jhoni ini terbilang murah. Jhoni memulai membuat alat ini satu tahun lalu. Ia membutuhkan waktu enam bulan percobaan sampai akhirnya peralatan ini terwujud.
Usaha keras Jhoni ini membuahkan hasil. Ia berhasil menjadi juara tiga kategori peneliti lomba inovasi teknologi terapan tahun 2012, yang digelar Pemerintah Provinsi Lampung. Asisten II Arinal Djunaidi menyambut baik kehadiran alat Jhoni. Ia mengatakan, akan menyampaikan hal ini kepada Gubernur Lampung Sjachroedin. "Kenapa tidak temuan kami tindaklanjuti dengan memberikan bantuan anggaran, sehingga bisa bermanfaat bagi masyarakat," kata Arinal.