TUTUP
Lampung

Anak Krakatau Meletus, Bandarlampung Hujan Pasir?

Admin
04 September 2012, 11:28 AM WAT
Last Updated 2016-03-09T22:29:18Z
CATATAN LETUSAN: Kepala Pos Pemantau GAK Desa Hargopancuran Rajabasa Andi Suardi sedang menunjukkan kertas catatan letusan GAK dari alat seismometer sebelum alat pendeteksi gempa GAK itu rusak tertimbun batuan dan pasir hitam, akibat letusan GAK tersebut. (ARUL SAGITA) 

LAMPUNG SELATAN – Masyarakat Bandarlampung dan sekitarnya gempar. Ini terkait hujan pasir yang melanda ibukota Lampung tersebut. Butiran pasir hitam itu datang disertai angin kencang, Senin (3/9), sekitar pukul 00.30 wib dinihari.    

Diduga hujan pasir ini akibat semburan Gunung Anak Krakatau (GAK) yang mulai aktif sejak Minggu (2/9). Meski belum terbilang mengkhawatirkan, namun hujan pasir itu mengotori atap dan teras rumah warga.

“Saat saya tiba di rumah tiba-tiba ada angin kencang disertai debu sangat tebal. Nah, paginya saat bangun teras rumah kotor berwarna hitam. Kami sekeluarga sempat khawatir karena baru sekali ini melihat debu hitam tebal seperti ini,” ujar Indra Pratama (22) warga Durian Payung Tanjungkarang Pusat, kemarin (3/9).

Indra mengaku tiupan angin malam kemarin beda dibandingkan hari-hari sebelumnya. Dia mengira malam itu aka nada puting beliung. “Saat di perjalananpun angin tertiup sangat kencang. Saya pikir ada puting beliung. Yang jelas tiupan anginnya sangat kencang sekali dan mata saya sempat terkenan debunya,” ujar mahasiswa semester 5 sebuah perguruan swasta di Bandarlampung ini.

Hujan pasir juga melanda kawasan Bandarlampung lainnya. Seperti dikatakan seorang pedagang pempek keliling, Suhada (38) warga Gedungair Tanjungkarang Barat. “Tadi saat saya lewat di daerah Kaliawi, rumah warga dan masjid banyak yang kotor tertimbun debu hitam. Nggak tahu asalnya dari mana?,” ujar bapak dua anak ini bingung.              

Sementar, pencatat aktivitas GAK di Desa Hargopancuran Rajabasa Lampung Selatan (Lamsel) menyebutkan hingga pukul 16.45 wib kemarin, GAK mengeluarkan letusan mencapai 18 kali. Kepala Pos Pemantau GAK di Desa Hargopancuran Rajabasa Lamsel Andi Suardi menjelaskan, letusan GAK terdeteksi oleh alat pencatat gempa seismometer yang di  pendam dekat kawah GAK dengan kedalaman 1 meter. “Tapi saat ini kondisi alat tidak berfungsi karena tertimbun pasir dan batuan akibat letusan GAK tersebut,” ujarnya. 

Dijelaskan, letusan GAK yang dikeluarkan sebanyak 18 kali atau yang biasa disebut dengan tremor. Ketinggian letusan itu mencapai puluhan meter disertai asap putih yang disebut dengan wedus gembel. “Itu sebenarnya tidak apa apa, karena setiap tahunya aktifitas GAK pasti  mengelurkan letusan dengan ketinggian tertentu disertai asap putih. Nah, kalau hujan pasir hitam yang melanda daerah Bandarlampung saya juga tidak tahu persis, karena biasanya, kalaupun letusan GAK itu yang terkena hujan pasir atau debu seharusnya di daerah Kalianda dan sekitarnya terlebih dahulu,” kata dia.

Pria kental dengan logat Sunda ini menyebutkan, pihaknya juga telah mencatat letusan GAK dengan ketinggian yang disertai wedus gembel mencapai puluhan meter. “Seismometer telah mencatat akifitas yang dikeluarkan GAK pada tanggal 1 September kemarin. Untuk bulan Agustus selama satu bulan itu yakni, kegempaan vulkanik dalam sebanyak 166 kali, vulkanik 793 kali, untuk hembusan 813 kali,  dan letusan tinggi sebanyak 12 kali gempa tektonik jauh sebanyak 3 kali, dan tektonik loka sebanyak 15 kali,” bebernya.   

Sedangkan kegempaan vulkanik dalam, kata dia, terjadi sebanyak 2 kali. Untuk kegempaan vulkanik  dangkal sebanyak 52 kali, hembusan sebanyak 37 kali, tremor nihil. Sedangkan pada 2 September mulai pukul 09.00 wib hingga pukul 16.45 wib untuk kegempaan vulkanik dalam sebanyak 2 kali, untuk kegempaan vulkanik dangkal sebanyak 19 kali, untuk letusan dengan ketinggian dan sertai wedus gembel sebanyak 18 kali.

Ia menghimbau kepada pendaki GAK maupun para nelayan pencari ikan, agar tidak mendekati lokasi GAK dengan radius mencapai 3 kilimeter, karena status GAK saat ini masih di level waspada. “Sedangkan untuk kerusakan alat seismometer yang tertibun batuan dan pasir GAK akibat letusan telah dilaporkan kepada Pemkab Lamsel melalui bagian Badan Pengangulangan Bencana Daerah (BPBD) dan  Kabid Gunung Api yang berada di Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana dan Geologi Bandung Jawa Barat,” tandasnya. 

Ditambahkan, alat seismometer ini sangat diperlukan untuk mengetahui sejauh mana aktifitas yang keluarkan GAK saat ini. Apalagi sejak tiga bulan kondisi cuaca di lokasi GAK telah tertutup kabut sangat tebal. Petugas hanya bisa melakukan pantuan melalui visual saja. “Alat seismometer yang rusak itu nanti akan diperbaiki kalau kondisi GAK sudah normal kembali. Kalau beli harganya mencapai ratusan juta rupiah,” imbuhnya.

Sementara, Kepala Seksi Observasi dan Informasi BMKG Nurhuda menjelaskan, status GAK saat ini waspada level 2. GAK saat ini tengah dalam aktifitas aktif yang kebetulan angin kencang berhembus dari Timur ke Selatan yang saat ini arahnya ke Bandarlampung dan beberapa daerah di Lampung lainnya.

“Dari data BMKG sejak tanggal 1–2 September Kondisi GAK untuk keegempaan vulknanik dangkal sebanyak 79 kali, gempa hembusan 15 kali, gempa tremor 20 kali dan memang larva pijar keluar yang tingginya 200-300 meter. Tapi secara umum tidak perlu dikhawatirkan hanya waspada saja,” terangnya. BMKG terus memantau kondisi GAK tapi BMKG memperingatkan agar masyarakat apalagi yang berada disekitar pesisir tidak mendekati GAK yang jaraknya 1-2 kilometer.

Sementara itu, Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Lampung Budiharto mengatakan, hujan pasir hitam baru kali pertama terjadi di Lampung. Dikatakan kondisi tidak terlalu mengkhawatirkan. Meski demikian ketika hendak berpergian, warga dihimbau selalu memakai masker. "Sejauh ini kita terus melihat kondisinya. Ada peningkatan atau tidak, dan kita akan selalu standby. Kondisi ini baru pertama kali tejadi dan agak aneh,” imbuhnya.

Terpisah, Bupati Lamsel Hi Rycko menoza, SZP didamping Sekdakab Lamsel Ishak menjelaskan, pihaknya meghimbau kepada seluruh masyarakat di Lamsel, khususnya yang tinggal di daerah pesisir agar tetap waspada dan berhati-hati, karena aktivitas GAK yang saat ini kembali menunjukan letusan.

“Hujan debu yang terjadi di wilayah Bandarlampung dan sekitarnya itu,  hingga saat ini belum terjadi di daerah Kecamatan Rajabasa dan Kalianda, Meski demikian kita sebagai manusia harus tetap waspada dan berhati-hati. Pemkab akan mengaktifkan posko bencana di semua daerah yang sudah terbentuk yang nantinya akan dipantau oleh petugas BPBD,” ungkapnya seraya memprediksi hujan pasir yang terjadi di Bandarlampung kemungkinan dampak kebakaran gunung.

close