TUTUP
Lampung

Ahli Geologi: Debu Anak Krakatau Tidak Berdampak Negatif

Admin
04 September 2012, 7:30 AM WAT
Last Updated 2016-03-09T22:29:18Z

LAMPUNG -  Profesor Suharno, guru besar Fakultas Teknik (FT) Universitas Lampung (Unila) yang juga ahli Geologi angkat bicara terkait maraknya debu vulkanik yang sampai ke Bandar Lampung. Dia mengatakan bahwa Gunung Anak Krakatau (GAK) dalam keadaan normal periodis.

Suharno menerangkan, saat ini aktifitas GAK secara normal periodis sejak 1992 hingga 2012. Munculnya GAK di permukaan air laut sejak 1927. Sedangkan tahun 1935 sudah mulai tinggi, hingga tahun 1992 ketinggian GAK sekitar 100 meter.

Adapun aktifnya GAK dibagi menjadi dua periode yakni panjang dan pendek. Namun munculnya debu yang sampai ke rumah warga adalah saat ini adalah periode pendek.

Periode pendek yakni setiap tahun pasti akan ada debu yang akan keluar (muntah) ke permukaan, keluarnya magama tersebut secara perlahan (evusif). Beda halnya dengan eksplotis yakni keluarnya magma secara besar-besaran atau meletus mencapai 300 drajat celcius

Untuk periode panjang gunung akan meleteus setiap 700 tahun lamanya, seperti yang terjadi gunung api yang meletus pada tahun 1983 lalu di Lampung.

Dikatakanya, pengaruh muntahnya GAK ke permukaan akibat lubang magma yang tersedia kecil sehingga mengakibatkan meletusnya GAK. Apabila magma yang tertahan kecil maka muntahan juga akan kecil begitu sebaliknya. Meletusnya gunung selain akibat kecilnya sumbatan magma, beban batuan  menumpuk maka akan mengakibatkan letusan besar.

Dampak yang diakibatkan oleh GAK yakni dari segi positif akan subur tanaman sekitar pegunungan, dan daerah tersebut banyak mengandung mineral ekonomis seperti, alumunium, nikel, dan biji besi.

Sedangkan dampak negatif tidak ada, karena aliran magma tersebut akan banyak terbuang ke laut.
"Sebenarnya untuk dampak negatif yang ditimbulkan oleh GAK menurut saya tidak ada, gunung itu indah seperti wanita, bagaimana kita menyayanginya.".

close