TUTUP
TUTUP
AnalisaHeadlineVideo

Rocky Gerung: Cina Sponsor Pemberontakan G30S/PKI, Ancaman untuk Indonesia

Admin
13 November 2022, 3:04 PM WAT
Last Updated 2022-11-24T23:12:32Z
Pengamat Politik Indonesia, Rocky Gerung (Instagram).

LAMPUNG – Pengamat Politik Indonesia, Rocky Gerung menyinggung mengenai fakta peran Cina dalam pemberontakan Gerakan 30 September PKI atau G30S/PKI.


Hal itu diungkapkannya usai Menteri Koordinator Bidang Maritim dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan membantah jika Indonesia telah dikuasai Cina.


Rocky Gerung mengatakan jika nama Cina ada dalam catatan sejarah Indonesia sebagai sponsor pemberontakan G30S/PKI tahun 1965 yang menewaskan beberapa jenderal.


“Cina itu ada di dalam catatan sejarah Indonesia sebagai sponsor dari pemberontakan G30S/PKI dan itu fakta-fakta itu cukup lengkap,” kata Rocky Gerung, dikutip dari video yang ditayangkan di kanal YouTube 'Rocky Gerung Official', dilihat pada Ahad 13 November 2022.


Selain itu, fakta kedua Cina menjadi ancaman untuk Indonesia yakni Cina masuk dalam daftar rencana pertandingan super power di Asia Pasifik.


Dengan adanya dua fakta itu, Rocky Gerung menyebut ini menjadi sebuah ancaman.


“Yang kedua, China ada di dalam rencana pertandingan super power di Asia Pasifik tu,” ujar Rocky Gerung.



Dengan adanya fakta yang disebutnya, dia mengatakan jika tentu fakta-fakta itu bisa dibaca sebagai ancaman.


“Jadi orang walaupun nggak bisa menjelaskan misalnya secara akademis, paham bahwa ada rasa terancam, apalagi kalau dihitung bahwa ekspansi ekonomi Cina itu penetrasinya masuk sampai ke Amerika,” kata Rocky Gerung.


Namun, hal yang paling utama bagi Indonesia yakni kasus kekerasan kemanusiaan terhadap minoritas muslim yang dilakukan oleh Cina di Ughyur.


Rocky mengakui jika persepektif Luhut Binsar Pandjaitan terhadap Cina memang benar, namun tidak lengkap dan mestinya membaca catatan sejarah tahun 1965.


“Jadi pak Luhut perspektifnya benar, tetapi tidak lengkap karena musti membaca dimensi sejarah di tahun 1965 dimana poros Beijing, Jakarta, Pyong Yang itu dianggap intervensi yang besar-besaran Chna terhadap Indonesia,” tuturnya.


Selain itu, bahaya Cina untuk Indonesia juga dilakukan dari sisi perekonomian dan mengambil jatah pekerja bawahan di Sulawesi.


“Dan semua memori kolektif itu masih ada yang terhubung dengan sejarah emosional karena menganggap Cina mengambil jatah dari bahkan pekerja bawahan di perusahaan-perusahaan pertambangan di Sulawesi terutama dan Halmahera,” ujarnya.


Sehingga menurutnya, kurang tepat jika Luhut menganggap Cina bukan sebuah ancaman untuk Indonesia.


“Jadi saya kira kurang tepat juga dianggap oleh Pak Luhut Bahwa itu bukan masalah. Tetap dia adalah masalah, bahkan dalam keadaan damai pun kita musti anggap bahwa persaingan politik di Asia Pasifik itu akan dipengaruhi oleh pertumbuhan Cina sebagai junior super power,” ujar Rocky. (*)

close