TUTUP
TUTUP
Ekonomi

Ironis! Kedelai Mahal, Perajin Tahu Tempe di Lampung Pangkas Produksi dan Pekerja

Admin
04 November 2022, 9:42 AM WAT
Last Updated 2022-11-04T02:42:57Z

Foto: Ilustrasi/Istimewa


LAMPUNG SELATAN - Tidak hanya dikeluhkan perajin tahu tempe di sejumlah daerah di tanah air, kenaikan harga kedelai yang melambung tinggi juga dikeluhkan produsen tahu tempe di Lampung.


Sejak satu bulan terakhir, harga kedelai di lampung mencapai Rp 14.000 per kilogram. 


Sebagai upaya bertahan di tengah tingginya biaya produksi, sejumlah perajin tahu tempe di Lampung harus mengurangi jumlah produksi dan pekerja.


Sejumlah produsen tempe dan tahu yang berada di Desa Warung Gunung, Kecamatan Jati Agung, Lampung Selatan mengaku sangat terdampak dengan kenaikan harga kedelai yang menjadi bahan baku utama tahu tempe.


Salah satu perajin tahu tempe di Desa Warung Gunung, Kecamatan Jati Agung, Lampung Selatan, Andi mengatakan, dengan naiknya harga kedelai maka otomatis biaya produksi semakin tinggi. 


Tidak hanya harga kedelai yang naik, harga plastik juga ikut naik dampak dari kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM).


"Harga-harga naik semua karena BBM naik, sekarang kita lihat sendiri dampaknya," ujar Andi, Kamis (3/11/2022).


Dengan tingginya biaya produksi, para produsen tempe seperti dirinya harus berpikir keras mencari cara agar usahanya memproduksi tahu tempe tetap bertahan.


Sebelum terjadi kenaikan harga kedelai, Andi mengaku dalam dalam satu harinya dirinya membutukan kedelai hingga 400 kilogram.


Saat ini, ia hanya memproduksi tahu tempe sebanyak 200 kilogram. Pengurangan jumlah produksi tersebut dilakukan untuk meminimalisir kerugian jika tahu tempe hasil produksinya tidak semuanya laku terjual.


"Sebelum ada gejolak harga kedelai naik, dalam sehari bikin tempe bisa 300 kilogram hingga 400 kilogram. Saat ini, hanya 200 kilogram, juga kadang turun naik. Pengurangan karena kita takut, kalau kita bikin banyak enggak habis ya akhirnya yang kena kendala modal," ungkap Andi, dilansir Beritasatu.com.


Tidak hanya mengurangi jumlah produksi, menurut Andi, dirinya terpaksa mengurangi ukuran tahu tempe. 


"Sekarang tempe saya sangat kecil ukurannya, sangat mini, mini sekali. Mengimbangi naiknya harga kedelai," kata Andi.


Dia juga mengaku terpaksa mengurangi jumlah pekerja.


"Tadinya kami memiliki karyawan sampai 11 orang. Namun, karena harga kedelai tembus Rp 14.000 per kilogram, kami kurangi, takut enggak kebayar gaji karyawan," tegasnya.


Andi menyambut baik rencana pemerintah yang akan mengimpor kedelai dari luar negeri untuk mengatasi tingginya harga. 


Adapun standar harga kedelai yang diinginkan perajin tahu tempe yakni di kisaran Rp 7.000 hingga Rp 8.000 per kilogram.


"Sangat-sangat setuju dengan rencana pemerintah yang akan impor kedelai. Mudah-mudahan harga kedelai bisa standar dengan harga Rp 7.000," kata Andi. (*)

close