Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin (Foto: Istimewa) |
JAKARTA - Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin mengungkapkan dugaan terbesar penyebab kasus gagal ginjal akut yang terjadi di Indonesia saat ini.
Menurutnya, dugaan terbesar penyebab kasus gagal ginjal yang mayoritas menyerang anak di bawah usia 5 tahun itu adalah karena adanya senyawa kimia yang mencemari obat-obatan sirup.
"Apakah memang sudah pasti (disebabkan oleh senyawa kimia di obat sirup)? Jauh sudah lebih pasti dibanding sebelumnya karena memang terbukti di anak ada," jelas Budi dalam konferensi pers, Jumat (21/10/2022).
"Jadi darah anak-anak terbukti mengandung senyawa ini. Kita sudah ambil biopsi rusaknya ginjal konsisten dengan akibat senyawa ini," lanjut dia, dilansir Kompas.com.
Sebelumnya, Budi mengatakan bahwa berdasarkan pengecekan Kementerian Kesehatan, senyawa kimia yang dimaksud adalah etilen glikol, dietilen glikol, dan etilen glikol butyl ether/EGBE.
Senyawa ada di pasien dan di obat Kemenkes sudah melakukan pengecekan pada pasien penderita gagal ginjal akut.
Hasilnya, senyawa kimia tersebut ditemukan di dalam tubuh beberapa pasien gagal ginjal akut ini.
"Ternyata dari anak-anak yang kita tes di RSCM, dari 11 (anak), 7 anak positif memiliki zat kimia berbahaya yaitu etilen glikol, dietilen glikol, dan etilen glikol butyl ether/EGBE," jelas Budi.
"Jadi konfirm karena itu lebih dari 50 persen bahwa ini disebabkan oleh senyawa kimia," sambung dia.
Budi mengatakan, ketiga senyawa kimia ini mampu membuat ginjal rusak.
Sebab, ketiga senyawa tersebut memicu adanya asam oksalat dalam tubuh dan selanjutnya menjadi kristal-kristal di dalam ginjal.
"Asam oksalat itu kalau masuk ke ginjal bisa menjadi kalsium oksalat. Kalsium oksalat itu jadi kayak kristal kecil tajam-tajam sehingga rusak ginjalnya," tandas Budi.
"Nah, 7 dari 11 balita (di RSCM) ternyata ada senyawa kimia ini," ungkapnya.
Selanjutnya, pihak RSCM melalukan biopsi kepada para pasien tersebut.
"Dibiopsi sama temen-temen di RSCM, bener enggak? Konfirm, ternyata ginjal-ginjalnya rusak karena adanya kalsium oksalat yang merusak ginjalnya," jelas Budi.
Adapun senyawa etilen glikol atau dietilen glikol merupakan cemaran dari pelarut tambahan yang digunakan di obat-obat sirup.
Selain ditemukan dalam tubuh pasien, senyawa kimia ini juga ditemukan dalam beberapa obat sirup yang dikonsumsi oleh para pasien.
Setidaknya, terdapat 102 obat sirup yang terkontaminasi senyawa kimia ini dan dikonsumsi oleh pasien gagal ginjal akut.
"Obat-obat ini akan kita larang untuk diresepkan dan dijual," tuturnya.
Sebelumnya, Kemenkes telah melakukan uji secara kualitatif untuk memastikan ada atau tidaknya senyawa tersebut.
241 kasus gagal ginjal di Indonesia
Budi menyebutkan kasus gagal ginjal di Indonesia sudah mencapai 241 kasus yang tersebar di 22 provinsi dengan 133 kematian atau 55 persen dari kasus per 21 Oktober 2022.
"Sampai sekarang, kita sudah mengidentifikan telah dilaporkan adanya 241 kasus gangguan gagal ginjal akut di 22 provinsi," ujarnya.
Lonjakan kasus ini dilaporkan terjadi sejak Agustus 2022 lalu. Mayoritas, penderitanya adalah mereka yang berusia di bawah 5 tahun. (*)