TUTUP
TUTUP
Nasional

Jokowi Kritik Gaya Hidup Mewah, Pungli hingga Kesewenang-wenangan Polisi, Singgung soal Narkoba

Admin
15 October 2022, 3:18 PM WAT
Last Updated 2022-10-24T07:18:53Z
Menko Polhukam Mahfud MD bersama Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo mendampingi Presiden Jokowi saat memberikan arahan kepada jajaran Polri, di Istana Negara, Jakarta, Jumat, 14 Oktober 2022 (Foto: setkab.go.id)

JAKARTA - Presiden Joko Widodo (Jokowi) memberikan sejumlah arahan kepada jajaran kepolisian di Istana Merdeka, Jakarta, Jumat (14/10/2022).


Jokowi mengapresiasi kerja keras Polri dalam menangani COVID-19 yang hasilnya sangat signifikan. 


Namun, di sisi lain, Jokowi juga mengkritisi sejumlah hal, di antaranya soal gaya hidup mewah pejabat di Polri yang menjadi sorotan.


"Pertama-tama saya ingin menyampaikan penghargaan dan apresiasi yang tinggi atas kerja keras Polri beserta seluruh jajaran TNI, jajaran pemerintah, dan seluruh komponen masyarakat dalam menangani COVID. Itu dilihat masyarakat dan itu juga saya lihat dan saya rasakan," kata Jokowi, dilihat di YouTube Sekretariat Presiden, Sabtu (15/10/2022). 


Jokowi mengatakan adanya kasus Ferdy Sambo membuat indeks kepercayaan Polri turun. Jokowi meminta jajaran kepolisian mengembalikan indeks kepercayaan masyarakat kepada Polri.


"Tetapi begitu ada peristiwa FS runyam semuanya dan jatuh ke angka yang paling rendah. Dulu dibandingkan institusi-institusi penegak hukum yang lain tertinggi sekarang Saudara harus tahu menjadi terendah. Ini yang harus dikembalikan lagi dengan kerja keras saudara saudara sekalian," jelas Jokowi. 


Dijelaskan, pada November 2021 kepercayaan publik terhadap polisi masih 80,2, sangat tinggi sekali. Sekarang, Agustus 2022 berada di 54, jatuh, turun sangat rendah sekali.


"Begitulah pekerjaan berat yang saudara-saudara harus kerjakan untuk mengembalikan kepercayaan masyarakat kepada Polri di tengah situasi yang juga tidak mendukung saat ini," kata Jokowi.


Presiden juga sempat menyentil gaya hidup para anggota Polri. Jokowi berpesan agar mereka bisa mengerem gaya hidup mewah.


"Saya ingatkan masalah gaya hidup, lifestyle, jangan sampai dalam situasi yang sulit ada letupan-letupan sosial karena adanya kecemburuan sosial ekonomi, hati hati. Saya ingatkan, yang namanya Kapolres, Kapolda, seluruh pejabat utama, perwira tinggi, ngerem total, masalah gaya hidup, jangan gagah-gagahan karena merasa punya mobil bagus atau motor gede yang bagus. Hati-hati. Saya ingatkan hati-hati," ujar Jokowi.


"Saya ingatkan, yang namanya Kapolres, Kapolda, seluruh pejabat utama, perwira tinggi ngerem total, masalah gaya hidup, jangan gagah-gagahan karena merasa punya mobil bagus atau motor gede yang bagus. Hati-hati. Saya ingatkan hati-hati. Masanya yang lalu-lalu sudah usai," tambahnya. 


Menurutnya, teknologi sekarang ini menyebabkan interaksi sosial berubah total. Sosial media bisa mengabarkan bukan hanya TV, bukan hanya media cetak, media online.


"Pribadi-pribadi kita sekarang bisa menjadi surat kabar, bisa menjadi media yang setiap saat bisa memunculkan perilaku-perilaku kita, meskipun sembunyi-sembunyi. Saya terlalu banyak mendapat laporan, sehingga kembali lagi gaya hidup urusan kecil-kecil, tetapi itu bisa mengganggu kepercayaan terhadap Polri," tegas Jokowi.


"Urusan mobil, motor gede, urusan yang remeh temeh, sepatunya apa, bajunya apa, dilihat masyarakat sekarang ini. Itu yang kita harus mengerti dalam situasi dunia yang penuh dengan keterbukaan dan keluhan masyarakat terhadap anggota Polri, Ini tugas Saudara semuanya. Jadi keluhan masyarakat terhadap Polri 29,7%, ini sebuah persepsi karena pungli. Tolong ini anggota-anggota semua diredam untuk ini. Sewenang-wenang, tolong ini juga diredam," tambahnya.


Jokowi juga meminta polisi menjauhi pendekatan-pendekatan yang represif.


"Mencari-cari kesalahan, nomor yang ketiga, 19,2% dan yang keempat hidup mewah, yang tadi sudah saya sampaikan karena Bapak Ibu dan Saudara sekalian itu adalah aparat penegak hukum yang paling dekat dengan rakyat, paling dekat dengan masyarakat, dan paling sering interaksi dengan masyarakat, jadi ingatkan anggota-anggota, selalu di-briefing seluruh anggota dan ingatkan untuk hal-hal yang berkaitan dengan pelayanan masyarakat, ingatkan mereka," ujarnya. 


"Jangan sampai karena ketidakcepatan kita, rasa aman dan nyaman masyarakat menjadi terkurangi atau hilang. Karena apa pun, Polri adalah pengayom masyarakat. Hal- hal yang kecil-kecil tolong dilayani betul. Masyarakat kehilangan sesuatu harus direspons cepat. sehingga rasa terayomi dan rasa aman itu menjadi ada." tambah Jokowi.


Yang ketiga, yang berkaitan dengan soliditas, lanjut dia, ini sudah masuk tahun politik karena (proses) pemilu sudah berjalan sejak Juni lalu. Harus ditunjukkan soliditas di internal Polri dulu, rampung kemudian baru soliditas Polri dan TNI. Itu yang akan mengurangi tensi politik ke depan. 


"Soliditas, harus ada kepekaan. Posisi politik ini seperti apa sih? Karena Saudara adalah pimpinan tertinggi di wilayah masing-masing, sense of politic-nya juga harus ada. Tidak bermain politik, tetapi mengerti masalah politik karena memang kita akan masuk ke dalam tahapan tahun politik," ujar Jokowi.


"Kalau dilihat Polri solid kemudian bergandengan dengan TNI solid, saya bolak balik menyampaikan, saya memberikan jaminan stabilitas keamanan kita, stabilitas politik kita pasti akan baik. Nggak ada yang berani coba-coba, kalau coba-coba, ya tegas saja," tambahnya.


Jokowi juga menegaskan soal pendekatan hukum, jangan sampai pemerintah dianggap lemah, jangan sampai Polri dianggap lemah.


"Saya sudah perintahkan kepada Kapolri urusan judi online, bersihkan. Saya nggak usah bicara banyak. Saudara tahu semuanya, perintah ini tahu dan penegakan hukum untuk yang berkaitan dengan narkoba," kata Jokowi. 


Menurutnya, ini yang bisa mengangkat kembali kepercayaan masyarakat terhadap Polri.


"Kalau ada sebuah peristiwa segera dirancang komunikasinya yang baik. Komunikasi publik itu penting banget. Jangan terlambat, jangan lamban sehingga yang muncul nanti kalau lamban yang muncul isu-isu lain," ujar Jokowi. (*)

close