TUTUP
TUTUP
Sport

IPW hingga Ketua Panpel Arema FC Tuntut Ketum PSSI Ikut Tanggung Jawab Tragedi Kanjuruhan

Admin
12 October 2022, 10:44 AM WAT
Last Updated 2022-10-24T07:19:01Z
Ketua Umum Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) Mochamad Iriawan (Foto: Istimewa)


JAKARTA - Panitia Penyelenggara (Panpel) Arema FC menuntut Ketua Umum (Ketum) Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) Mochamad Iriawan ikut bertanggung jawab tragedi Kanjuruhan menewaskan 131 orang.


Hal itu disampaikan Ketua Panitia Penyelenggara (Panpel) Arema FC, Abdul Haris, lewat kuasa hukumnya, Sumardhan.


"Panpel banyak yang terlibat, itu harus juga bertanggung jawab, terutama Ketua PSSI. Jangan hanya saat klub ini menang dia beri piala, dia dapat nama. Jika posisi klub ada masalah, dia bertanggung jawab secara hukum," ujar Sumardhan, di Mapolda Jatim, Surabaya, Selasa (11/10/2022).


Menurutnya, fakta di lapangan, Aremania banyak yang meninggal dunia dan luka-luka diduga disebabkan gas air mata yang ditembakkan polisi.


"Kami tidak tahu apakah gas air mata itu memang murni gas air mata atau ada efek lainnya, itu untuk kepentingan ke depan juga," kata Sumardhan, dilansir Tempo.


Menurut dia, jika komponen dari gas air mata diketahui dapat menjadi dasar pengusutan kasus tersebut ke depan.


"Kami ingin lihat persamaan hukum dalam menegakkan keadilan. Kalau masih ada pelaku lain, segera diusut tuntas," ujar Sumardhan.


"Ingat, Pak Haris ini untuk masalah keamanan sudah minta ke negara, bahkan yang mengeluarkan rekomendasi itu Kapolda dan Kapolres. Ingat juga bahwa pertandingan sudah selesai dan terjadi penembakan gas air mata bukan saat pertandingan dilakukan," tambahnya.


Tanggapan Ketua PSSI


Sebelumnya, desakan agar Ketua PSSI Mochamad Iriawan mundur dari posisinya gencar disuarakan suporter dan netizen.


Saat ini bahkan ada petisi khusus untuk menuntut hal tersebut dalam situs Change.org.


Iriawan sebelumnya sudah menanggapi desakan untuk mundur itu. Menurut dia, ada banyak publik (netizen) yang mengetahui dan juga tidak tahu tentang regulasi sepak bola, khususnya di Indonesia.   


Ia mengatakan jika publik membaca maka tidak akan ada komentar tentang tuntutan untuk mundur sebagai Ketua Umum PSSI.


"Kalau mereka komentar ini mungkin tidak tahu regulasi, tolong baca di aturan itu. Bagaimana mau mengaitkan dengan saya, setiap pertandingan di suatu tempat Panpel (panitia pelaksana pertandingan) yang harus bertanggung jawab," kata Iriawan di Malang, Selasa, 4 Oktober 2022. 


Sosok yang akrab disapa Iwan Bule ini mengatakan tidak ikut campur dalam urusan teknis, seperti bertemu dengan kepolisian dan operator Liga 1 atau PT Liga Indonesia Baru (LIB).


"PT LIB pun di luar. Ini semua tanggung jawab Panpel, memang begitu aturannya. Kalau netizen ngomong begitu, mohon maaf saya tidak tahu apa dasarnya," tutur pensiunan anggota polisi itu.  


Desakan publik dan netizen yang meminta mundur dari jabatan sebagai Ketua Umum PSSI muncul karena tragedi Kanjuruhan.


Salah satu desakan itu datang dari Ketua Indonesia Police Watch (IPW), Sugeng Teguh Santoso. 


Dia menilai Mochamad Iriawan harus meletakkan jabatannya sebagai bentuk pertanggungjawaban. 


Sebab, insiden yang terjadi di Stadion Kanjuruhan pada Sabtu malam 1 Oktober 2022 itu menjadi peristiwa terburuk di sepakbola nasional.


Permintaan mundur juga datang dari Presiden klub Madura United (MU), Achsanul Qosasi.


Dalam laman Twitter, Ahad 2 September 2022, ia meminta semua jajaran pengurus PSSI mundur dari jabatannya.


"PSSI harus bertanggung jawab dan semua pengurusnya harus mundur sebagai respek terhadap korban dan keluarganya," tulisnya. 


Namun Ketua Umum PSSI periode 1999-2003 Agum Gumelar meminta Mochamad Iriawan tidak menanggalkan jabatan ketua umum PSSI menyusul tragedi di Stadion Kanjuruhan, Malang.


"Tidak mundur adalah bentuk pertanggungjawabannya sebagai ketua umum PSSI. Iriawan mesti menyelesaikan kasus itu sampai tuntas,"  kata Agum dari Dewan Pembina PSSI dalam laman PSSI, Senin.


Agum mengapresiasi keputusan Iriawan langsung ke Malang segera usai peristiwa di Kanjuruhan terjadi dengan berada di sana selama tujuh hari serta menemui keluarga para korban.


"Itu saya kira juga sebagai bentuk tanggung jawab," kata mantan menteri pertahanan itu.


Agum menghimbau Iriawan dan anggota Komite Eksekutif (Exco) PSSI untuk menerima rekomendasi Tim Gabungan Independen Pencari Fakta (TGIPF) yang dibentuk pemerintah.


Menurut Agum, apapun hasil kerja TGIPF semata untuk memperbaiki kompetisi sepak bola Indonesia.


"Jadikan itu masukan dan kemudian dilaksanakan. Siapa pun pasti ingin kompetisi sepak bola di tanah air semakin baik. Kompetisi itu jantungnya sepak bola. Kompetisi yang baik akan menghasilkan tim nasional yang baik pula," kata pria berusia 76 tahun itu.


Agum berpesan kepada semua pihak yang ingin menjadi ketua umum PSSI untuk melalui jalur Kongres Luar Biasa (KLB) pada akhir 2023.


"Siapa yang terbaik pasti akan dipilih oleh pemilik suara,'' ujar dia.


TGIPF Tragedi Kanjuruhan terus menyelidiki peristiwa di Stadion Kanjuruhan usai pertandingan Liga 1 Arema FC versus Persebaya pada 1 Oktober yang menewaskan 131 orang dan melukai ratusan orang lainnya itu.


Polri sudah menetapkan enam tersangka yang dianggap bertanggung jawab atas kejadian tersebut. (*)

close