TUTUP
TUTUP
Kesehatan

Ada 131 Balita Gagal Ginjal, KPAI Minta Peredaran Obat Batuk Asal India Disetop

Admin
13 October 2022, 12:28 PM WAT
Last Updated 2022-10-24T07:18:58Z
Foto: Ilustrasi/Istimewa

JAKARTA - Komisioner Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Jasra Putra meminta pemerintah menyetop peredaran obat batuk asal India, yang diduga mengakibatkan 131 balita mengalami gagal ginjal.


Temuan ratusan anak gagal ginjal secara misterius ini pertama kali dilaporkan oleh Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). 


"Mari cegah (peredaran obat), sampai jelas kajian Kemenkes, BPOM tentang produk obat tersebut. Ini tidak main-main, Kemenkes harus tegas, bila benar obat ini bisa lepas dari pengawasan perijinan dan pengedaran," ujar Jasra dalam keterangannya, Kamis, 13 Oktober 2022. 


Jasra menyampaikan, KPAI meminta semua industri obat-obatan menghentikan produksinya bila itu obat berasal dari Indonesia atau ijinnya melalui perusahaan obat tertentu.


Ia berharap Kementerian Kesehatan segera mengusut tuntas temuan IDAI ini.


"Jangan sampai masih tersebar luas, masih bisa dibeli, menjadi promosi obat, donasi obat, dan sebagainya. Harus segera ada ketegasan dan kejelasan untuk stop dan cegah peredarannya," kata Jasra, dilansir Tempo


Menuntut pertanggungjawaban


Selain itu, KPAI menuntut pertanggungjawaban peredaran dan perijinan obat tersebut karena telah terbukti membahayakan anak dan sudah beredar sejak Januari.


Jasra juga meminta Kemenkes, BPOM, dan industri obat-obatan Indonesia agar lebih berhati-hati, selektif, agar tidak terulang peristiwa mengenaskan tersebut.


Sampai 10 Oktober 2022, IDAI mencatat ada 131 anak yang mengalami gagal ginjal akut misterius. 


Data ini terkumpul dari 14 cabang IDAI provinsi. Rata-rata anak berusia di bawah 5 tahun, tetapi ada pula yang berusia belasan.


Sekretaris Unit Kerja Koordinasi (UKK) Nefrologi IDAI Eka Laksmi Hidayati menjelaskan, pasien datang ke rumah sakit dalam kondisi kurang lebih seragam.


Mereka mengeluhkan demam, batuk, pilek, diare, muntah, dan volume urine menurun atau tidak buang air kecil sama sekali.


"Anak-anak ini tidak mengalami sakit perut. Anak-anak ini bukan terjadi sumbatan dalam aliran buang air kecil. Tapi memang ginjalnya tidak memproduksi air seni. Kami pasang kateter, itu kering. Kami melihat di USG enggak ada urine, sumbatan," kata Eka. (*)

close