TUTUP
Hukum

Teori Konspirasi Tewasnya Brigadir J: Intel Putri Candrawathi, Bongkar Hubungan Terlarang Sambo dan AKP Rita

Admin
13 August 2022, 8:38 AM WAT
Last Updated 2022-09-06T05:31:22Z
Foto: Kolase/Istimewa

LAMPUNG.PRESS - Sebuah teori konspirasi pembunuhan Brigadir J yang didalangi Irjen Pol Ferdy Sambo tersebar di media sosial.


Sebuah pesan yang dikirimkan oleh nomor yang disembunyikan itu menuturkan bahwa tewasnya Brigadir J adalah karena dia membongkar hubungan terlarang antara Ferdy Sambo dan AKP Rita Yuliana.


"Sambo selingkuh, (sudah nikah diam-diam padahal sama-sama Kristen, Polwan juga Kristen). Bu Putri minta Brigadir J cari tahu karena curiga Sambo yang jarang pulang, akhirnya Brigadir J cari tahu dan cerita soal Polwan Rita ke Bu Putri," kata pengirim pesan tersebut.


"Akhirnya Bu Putri dan Sambo cekcok di kamar karena ketahuan selingkuh sama polwan ini. Sambo marah sama Brigadir J karena cari tahu dan cerita semuanya ke Bu Putri soal selingkuhannya, bu Putri juga dipukul Sambo tapi sempat dibela oleh Brigadir J," tambahnya.


Merasa takut Brigadir J akan menyebarkan 'aib' yang selama ini ditutupinya, Ferdy Sambo pun diduga memilih untuk menghabisi nyawa ajudan Putri Candrawathi tersebut.


"Sambo akhrinya takut Brigadir J cerita ke mana-mana soal perselingkuhannya dan juga takut Brigadir J cerita Sambo sebagai bandar situs judi 303. Maka Sambo suruh Bharada E dan beberapa pasukannya ikat Brigadir J di kursi untuk diinterogasi," ucap pengirim pesan tersebut.


"Saat diikat di kursi, Sambo menyiksa Brigadir J dan sampai pada puncaknya menembak kepalanya Brigadir J. Jadi Disiksa dulu baru ditembak 5 kali," ujarnya menambahkan.


Merasa panik, Ferdy Sambo kemudian diduga menghubungi tim forensik untuk membersihkan tempat kejadian perkara (TKP). 


"Setelah itu Sambo panik dan menghubungi forensik ke rumah untuk membersihkan TKP tapi foerensik disuruh menyamar jadi petugas PCR. Setelah itu Sambo menarik CCTV rumahnya," kata pengirim pesan tersebut, dikutip Pikiran-Rakyat.com dari akun TikTok @babydollin, Kamis, 11 Agustus 2022.


Dugaan perselingkuhan itu juga disampaikan Pengacara Keluarga Brigadir J, Kamaruddin Simanjuntak.


Hal itu adalah karena dia mendapat informasi bahwa Brigadir J sempat dibawa ke tempat lain sebelum dibawa ke Duren Tiga.


"Ada dugaan yang disebut tadi, yang diduga pelakunya adalah si bapak. Dugaan ada perempuan lain yang diisukan cantik-cantik itu," ucap Kamaruddin Simanjuntak.


"Kemudian si ibu menanya kepada anaknya atau yang sudah dianggap anaknya, kepada almarhum 'Bapak kemana, kenapa tidak pulang' dan seterusnya," ujarnya.


"Diduga Almarhum ini memberitahu 'Bapak pergi ke sana makanya tidak pulang', disebutkanlah satu tempat dengan si cantik ini," katanya menambahkan.


Hal itu juga lah yang disebut menjadi alasan Ferdy Sambo dan Putri Candrawathi ribut di Magelang, Jawa Tengah.


"Maka ketika mereka berangkat tanggal 2 bersama-sama ke Magelang, di Magelang itu diduga ada peristiwa pertengkaran antara si bapak dan si ibu, sehingga terjadilah nangis-nangis itu di sana," tutur Kamaruddin Simanjuntak.


"Kemudian, akibatnya ada lagi ancaman kepada dia tapi daripada ajudan, gara-gara Almarhum ini ibu jadi sakit. Artinya, kenapa informasi ini harus diberitahu?," ujarnya menambahkan.


Setelah terjadi keributan dengan sang istri, Ferdy Sambo pun pulang lebih dulu ke Jakarta diduga untuk menyiapkan proses eksekusi Brigadir J.


"Kemudian si bapak ini duluan pulang diduga untuk mempersiapkan segala sesuatu untuk pembantaian atau pembunuhan ini," ucap Kamaruddin Simanjuntak.


"Kemudian ada juga informasi yang masuk ke saya, sebelum masuk ke Duren Tiga, ini (Brigadir J) dibawa dulu ke Paminal Mabes Polri. Makanya saya minta periksa CCTV Mabes Polri itu, periksa segera, jangan dicopot dulu," katanya.


"Karena dugaan penyiksaan-penyiksaan itu adalah dilakukan di sana, dan itu yang mengalami sudah banyak yang mengadu ke sana. Bahkan di sana disebut itu ada minuman keras, tiap sore minum minuman keras, tembak sana, tembak sini," tuturnya menambahkan.


Kamaruddin Simanjuntak juga menyebutkan bahwa terdapat banyak alat yang diduga digunakan untuk menyiksa Polisi di Paminal tersebut.


"Kemudian di sana juga ada alat-alat diduga untuk penyiksaan-penyiksaan, seperti untuk mematahkan jari, dan itu juga dialami oleh polisi lain yang mengadu ke saya," ujarnya. (*)

close