TUTUP
Lampung

Minta Hujan, Petani Lampung Timur Gelar Ritual Tiban

Admin
12 October 2015, 1:10 PM WAT
Last Updated 2016-03-09T22:18:33Z
Ritual 'Tiban' meminta hujan. (foto: ist)

LAMPUNG TIMUR - Warga Desa Bauh Gunung Sari, Kabupaten Lampung Timur, Provinsi Lampung mengadakan ritual 'Tiban' untuk mendatangkan hujan, dengan aksi saling cambuk yang digelar di lapangan desa setempat, Minggu (11/10/2015).

Tiban adalah kesenian asli Jawa yang berasal dari Provinsi Jawa Timur. Kesenian Jawa ini biasa diadakan saat musim kemarau panjang dan telah menjadi tradisi sejak lama oleh para orang tua terdahulu mereka. 

Tujuan diadakan Tiban ini adalah memohon kepada Tuhan agar segera diturunkan hujan, mengingat akibat kemarau yang berlangsung lama pada tahun ini para petani di Kecamatan Sekampung Udik yang umumnya adalah petani jagung merugi relatif cukup besar akibat gagal panen.

Aksi seni saling cambuk secara bergiliran antara kedua orang ini ramai disaksikan oleh ratusan warga kecamatan sekitar. Para peserta Tiban adalah warga usia dewasa hingga tergolong usia tua dengan para peserta harus melepas baju masing-masing dan melakukan aksi saling pecut menggunakan cambuk yang terbuat dari pelepah pohon aren muda. Meskipun terluka, para peserta tampak antusias mengikuti ritual itu.

Walaupun di antara mereka saling terluka, para peserta ini tidak lantas menjadi dendam dan kemudian berkelahi, mengingat sebelumnya para peserta telah bersepakat berdamai dan tidak saling mendendam.

Hadi Pranoto, warga desa setempat, saat menyaksikan Tiban ini mengatakan bahwa pada bulan Oktober ini hujan telah turun beberapa kali di daerahnya meski masih dengan intensitas sedang. Ia berharap hujan kembali turun sehingga para petani di desanya dapat segera bercocok tanam kembali.

Muali, koordinator kesenian Tiban setempat, mengatakan bahwa ritual kesenian ini adalah menyambut datang musim hujan dengan meminta kepada Tuhan agar hujan segera turun kembali. "Ritual kesenian ini dilaksanakan saat musim kemarau panjang dan kalau tidak musim kemarau, ya, tidak dilaksanakan," ujar Muali lagi.

Kegiatan ritual Tiban itu, kata dia, diikuti masyarakat dari desa-desa di Kecamatan Sekampung Udik dan akan dilaksanakan secara bergiliran di semua desa di kecamatan ini.

Saat ini, para petani jagung di sejumlah wilayah di Kabupaten Lampung Timur merugi akibat musim kemarau yang berlangsung lama dan hujan yang tidak kunjung turun, seperti dilansir Beritasatu.

Sejumlah petani di Lampung Timur membenarkan akibat kemarau ini berdampak tidak hanya bagi para petani tanaman padi, tetapi juga berdampak buruk bagi petani jagung di sejumlah wilayah kabupaten itu.

Sunarto (35), petani warga Desa Brajasakti Kecamatan Way Jepara, mengatakan bahwa musim kemarau yang berlangsung lama membuat hasil panen jagung miliknya menurun drastis. Dengan lahan seperempat hektare yang dimilikinya, kata dia, hanya bisa memanen 7--8 kuintal jagung kering di musim kemarau ini.

"Hasil panen itu menurun akibat minim curah hujan yang turun, padahal dengan curah hujan yang cukup, biasanya saya dapat menghasilkan 1,5 ton jagung kering," ujarnya.

Ia mengatakan bahwa saat ini harga komoditas jagung di daerahnya berkisar Rp 2.200,00 per kilogram.

Suroto (55), petani lain warga Desa Bandaragung Kecamatan Bandar Sribhawono, menyatakan akibat musim kemarau ini para petani jagung di daerahnya mengalami gagal panen. (*)
close