![]() |
| Ritual 'Tiban' meminta hujan. (foto: ist) |
LAMPUNG TIMUR -
Warga Desa Bauh Gunung Sari, Kabupaten Lampung Timur, Provinsi Lampung
mengadakan ritual 'Tiban' untuk mendatangkan hujan, dengan aksi saling
cambuk yang digelar di lapangan desa setempat, Minggu (11/10/2015).
Tiban
adalah kesenian asli Jawa yang berasal dari Provinsi Jawa Timur.
Kesenian Jawa ini biasa diadakan saat musim kemarau panjang dan telah
menjadi tradisi sejak lama oleh para orang tua terdahulu mereka.
Tujuan
diadakan Tiban ini adalah memohon kepada Tuhan agar segera diturunkan
hujan, mengingat akibat kemarau yang berlangsung lama pada tahun ini
para petani di Kecamatan Sekampung Udik yang umumnya adalah petani
jagung merugi relatif cukup besar akibat gagal panen.
Aksi
seni saling cambuk secara bergiliran antara kedua orang ini ramai
disaksikan oleh ratusan warga kecamatan sekitar. Para peserta Tiban
adalah warga usia dewasa hingga tergolong usia tua dengan para peserta
harus melepas baju masing-masing dan melakukan aksi saling pecut
menggunakan cambuk yang terbuat dari pelepah pohon aren muda. Meskipun
terluka, para peserta tampak antusias mengikuti ritual itu.
Walaupun
di antara mereka saling terluka, para peserta ini tidak lantas menjadi
dendam dan kemudian berkelahi, mengingat sebelumnya para peserta telah
bersepakat berdamai dan tidak saling mendendam.
Hadi
Pranoto, warga desa setempat, saat menyaksikan Tiban ini mengatakan
bahwa pada bulan Oktober ini hujan telah turun beberapa kali di
daerahnya meski masih dengan intensitas sedang. Ia berharap hujan
kembali turun sehingga para petani di desanya dapat segera bercocok
tanam kembali.
Muali,
koordinator kesenian Tiban setempat, mengatakan bahwa ritual kesenian
ini adalah menyambut datang musim hujan dengan meminta kepada Tuhan agar
hujan segera turun kembali. "Ritual kesenian ini dilaksanakan saat
musim kemarau panjang dan kalau tidak musim kemarau, ya, tidak
dilaksanakan," ujar Muali lagi.
Kegiatan
ritual Tiban itu, kata dia, diikuti masyarakat dari desa-desa di
Kecamatan Sekampung Udik dan akan dilaksanakan secara bergiliran di
semua desa di kecamatan ini.
Saat
ini, para petani jagung di sejumlah wilayah di Kabupaten Lampung Timur
merugi akibat musim kemarau yang berlangsung lama dan hujan yang tidak
kunjung turun, seperti dilansir Beritasatu.
Sejumlah
petani di Lampung Timur membenarkan akibat kemarau ini berdampak tidak
hanya bagi para petani tanaman padi, tetapi juga berdampak buruk bagi
petani jagung di sejumlah wilayah kabupaten itu.
Sunarto (35), petani warga Desa Brajasakti Kecamatan Way Jepara, mengatakan bahwa musim kemarau yang berlangsung lama membuat hasil panen jagung miliknya menurun drastis. Dengan lahan seperempat hektare yang dimilikinya, kata dia, hanya bisa memanen 7--8 kuintal jagung kering di musim kemarau ini.
Sunarto (35), petani warga Desa Brajasakti Kecamatan Way Jepara, mengatakan bahwa musim kemarau yang berlangsung lama membuat hasil panen jagung miliknya menurun drastis. Dengan lahan seperempat hektare yang dimilikinya, kata dia, hanya bisa memanen 7--8 kuintal jagung kering di musim kemarau ini.
"Hasil
panen itu menurun akibat minim curah hujan yang turun, padahal dengan
curah hujan yang cukup, biasanya saya dapat menghasilkan 1,5 ton jagung
kering," ujarnya.
Ia mengatakan bahwa saat ini harga komoditas jagung di daerahnya berkisar Rp 2.200,00 per kilogram.
Suroto (55), petani lain warga Desa Bandaragung Kecamatan Bandar Sribhawono, menyatakan akibat musim kemarau ini para petani jagung di daerahnya mengalami gagal panen. (*)


