TUTUP
Lampung

Banser Way Kanan: Siapa Mewakili Rakyat Bersuara soal Air Bersih?

Admin
12 October 2015, 1:22 PM WAT
Last Updated 2016-03-09T22:18:33Z
Warga mengambil air di Masjid At Taqwa Blambangan Umpu, Way Kanan, Minggu (11/10/2015). (ist)

LAMPUNG - Kemarau panjang diprediksi Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) berlangsung hingga November 2015. Di Kabupaten Way Kanan, Provinsi Lampung, kemarau berdampak pada berbagai sektor kehidupan, seperti rumah tangga, dan pertanian. Berkaitan dengan itu, sejumlah masyarakat berharap hal tersebut juga disuarakan, dibahas oleh wakil rakyat.
    
"Saat ini air bisa dikatakan kocar-kacir. Sebagai rakyat, kami lebih senang jika mendapat informasi akan dapat bantuan sumur bor. Kalau informasi rolling, pergantian pejabat, apa hubungannya dengan kesusahan rakyat? Apa pengaruhnya dengan kami yang saat ini kekurangan air?" ujar Kepala Satuan Koordinasi Cabang Barisan Ansor Serbaguna (Banser) Alex Almukmin di Pakuan Ratu, Senin (12/10/2015).
    
Warga Kampung Negara Harja Kecamatan Pakuan Ratu itu menegaskan, pergantian pejabat tidak ada hubungannya dengan keberlangsungan hidup rakyat.
    
Warseno, warga Kampung Argo Mulyo Kecamatan Banjit juga mengaku ketersediaan air di rumahnya saat ini hanya cukup untuk mandi dan konsumsi, namun tidak lagi mencukupi untuk mencuci pakaian.
    
"Warga jika mencuci pakaian saat ini di sungai Way Umpu, Way Besay, Way Menaga Siamang, tapi kondisi sungai juga sudah semakin susut. Adapun sejumlah petani untuk memenuhi kebutuhan air di sawahnya rela untuk membeli mesin penyedot air. Saya sependapat, kebutuhan rakyat akan air lebih layak dibahas daripada pergantian pejabat. Pembahasan mengenai rolling oleh sejumlah anggota DPRD menurut saya tidak penting," kata Warseno.
    
Senada Warseno, warga Kampung Way Pisang Kecamatan Way Tuba Agung Rahadi Hidayat mengaku debit air di embung yang ada di daerahnya juga semakin susut. 

"Kebutuhan rakyat akan air sepatutnnya menjadi prioritas untuk dibahas. Misalnya kebutuhan petani akan air untuk sawahnya ini solusinya bagaimana. Karena di sejumlah daerah seperti di Kecamatan Bumi Agung, saya mendengar para petani sudah membeli air untuk mengairi sawahnya," ujar Agung.
    
Ketua PC GP Ansor Way Kanan Gatot Arifianto menambahkan, dampak dari kemarau membuat sejumlah ibu di beberapa kecamatan Way Kanan mencuci di sungai.
    
"Di Baradatu, sejumlah sawah terlihat kering dan belum bisa digunakan. Di Kasui arah menuju Kecamatan Banjit, sejumlah masyarakat juga terlihat mandi menggunakan air sungai karena kemarau," kata Gatot menjelaskan.
    
Karena itu, ujar alumni Civic Education for Future Education Leaders (CEFIL) Yayasan Kesatuan Pelayanan dan Kerjasama (SATUNAMA) Yogyakarta itu, rakyat resah dan takut tidak mendapatkan air bersih itu fakta tidak bisa dipungkiri.
    
"Tapi jika rakyat resah dan takut akan ada rolling sepertinya itu fantasi, berlebihan, lebay. Rakyat mana lebih takut akan ada roliing dari pada tidak dapat air? Adakah catatan, bukti otentik atau sejarah, rakyat berhenti bekerja, rakyat berhenti makan, jika ada kepala satuan kerja perangkat daerah (SKPD) atau Sekda dimutasi, diganti?" ujarnya.
    
Ia berharap, skala prioritas kebutuhan masyarakat lebih bisa diprioritaskan untuk dibahas wakil rakyat. 

"Adakah warga Waykanan yang terbiasa mengambil air di sungai, di masjid untuk kebutuhan rumah tangga, merasa pernyataan dan kegaduhan pembahasan rolling pejabat mewakili mereka?" ujar dia.
    
Aktivis Gusdurian Lampung itu mengajak, rakyat ramai-ramai bermimpi menjadi legislatif yang rajin menggunakan dengkulnya untuk turun ke bawah sehingga bisa membahas fakta atau temuan di lapangan melalui paripurna atau hearing, bukan membahas fantasi.
    
"Dalam kondisi mimpi itu, mari kita produksi pemikiran untuk perbaikan Waykanan beramai-ramai lalu kita igaukan bersama-sama agar yang tidak sadar jadi sadar. Pemimpin yang baik, ujar mendiang Gus Dur, datang dengan pertanyaan, bukan pernyataan. Jadi jika mau tahu kebutuhan rakyat dengarkan keinginan rakyat, bukan sebaliknya," kata dia.
    
Pebri, warga Kelurahan dan Kecamatan Blambangan Umpu juga menanggapi isu roling pejabat yang dianggap sejumlah anggota legislatif membuat Way Kanan tidak kondusif. Melalui akun facebooknya, Pebri mengajak publik mempertanyakan kualitas para wakil rakyat yang gerah terkait isu rolling pejabat.
    
"Kenapa kekeringan, kerusakan Way Umpu, persoalan air yang sangat dibutuhkan ribuan Masyarakat Waykanan tidak pernah lantang disuarakan? Masyarakat harus tahu dan menilai apa yang terjadi berbanding terbalik dengan kenyataan," ujar Pebri. (desi)
close