![]() |
| ilustrasi |
LAMPUNG - Kebijakan devaluasi mata uang Yuan oleh pemerintah China membuat ekspor kelapa dari Lampung lesu. Heri Mulyadi, eksportir serat sabut kelapa (coconut fibre) mengatakan permintaan komoditas tersebut untuk negara tujuan China mulai anjlok drastis.
"Kebijakan devaluasi Yuan ditambah dengan melemahnya nilai tukar Rupiah membuat kami kena 'pukulan' dua kali," ujarnya pada Jumat (14/8/2015).
Menurut Heri, bahkan ekspor ke negara Thailand minta direnegosiasi oleh pihak penerima. Padahal, sudah ada teken kontrak jadwal pengiriman.
"Kondisi seperti ini memengaruhi nilai tukar petani. Terpaksa kami juga menurunkan harga beli komoditas di tingkat petani," kata Heri.
Biasanya untuk bulan yang sama tahun sebelumnya ekspor bisa mencapai 12 sampai 25 kontainer. Tahun ini hanya berkisar 8-12 kontainer, seperti dilansir Kompas.
Lampung juga terkenal dengan ekspor kelapa segar, kelapa kering ataukopra, serat sabut kelapa (coconut fibre), arang batok kelapa, dan coconut peat atau serbuk serat sabut kelapa. Negara tujuan ekspor adalah China, Thailand, Eropa, Uni Emirat Arab, Malaysia dan lainnya.
"Kami berharap gonjang-ganjing ekonomi ini tidak berlangsung lama, karena pengaruhnya sampai pada ekonomi kecil," pintanya. (*)


