![]() |
| Ansyaad Mbai |
JAKARTA - Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Ansyaad Mbai menyangkal mentah-mentah tudingan soal rekayasa dalam penangkapan teroris. Bila ada yang menuding adanya rekayasa, Ansyaad menyebutnya sebagai fitnah.
"Kejam. Fitnah itu rekayasa itu. Polisi sudah tewas begitu masa masih rekayasa, kalian gimana sih otaknya?" kata Ansyaad kepada wartawan di Kantor Presiden, Jl Medan Merdeka Utara, Jakarta, Senin (3/9/2012).
Dia membeberkan jaringan teroris. Farhan dan Muchsin yang tewas di Solo merupakan jaringan Mujahidin di Jakarta. Mereka awalnya berniat beroperasi di Jakarta, tapi karena pengamanan ketat urung dilakukan.
"Yang jelas Farhan itu darah biru. Kalian tahu nggak? Bapaknya Farhan itu Sartono, yang membunuh Matori. Dia mati dihakimi oleh tukang ojek. Nah kemudian ibunya kawin sama Abu Omar, yang tahun lalu sudah ditangkap. Tahu kan Abu Omar? Dia ini yang selundupkan senjata dari Filipina. Nah dia, Farhan ini yang bawa senjata dari Filipina ke Indonesia, bersama Abu Omar itu," jelasnya.
Ansyaad juga menyebut bahwa Farhan dan Muchsin, serta temannya Bayu yang ditangkap hidup merupakan lulusan Ngruki. Mereka baru saja lulus dari pesantren itu.
"Itu tamatan Ngruki ketiganya yang ditangkap itu. Waktu dikejar itu baru keluar dari Ngruki. Komandonya dari bos itu," terang Ansyaad tanpa merinci komando bos itu.


