TUTUP
Lampung

Disdikbudpar Wacanakan Peleburan Sekolah

Admin
03 August 2012, 7:20 AM WAT
Last Updated 2016-03-09T22:30:42Z
SDN I Sukawangi, Kecamatan Pagelaran

PRINGSEWU - Harapan SDN 1 Sukawangi Kecamatan Pagelaran, Kabupaten Pringsewu, mendapat tambahan lokal sepertinya tipis. Sebab Kepala Dinas Pendidikan, Kebudayaan, dan Pariwisata (Disdikbudpar) Pringsewu Samsir mengatakan, pihaknya tidak menganggarkan dana untuk fisik bangunan.

Alasannya karena adanya keterbatasan dana. "Sebetulnya bisa saja kalau DPRD dan Bupati (Sujadi Saddat) mau (membangun lokal)," ungkapnya, Kamis (2/8/2012). Sebaliknya, Samsir mewacanakan penggabungan sekolah atau peleburan sekolah sebagai langkah alternatifnya.

Khusus bagi sekolah yang jumlah siswanya sangat sedikit. "Di bawah 75 itu titik merah, harus di libur seperti SD I Sukawangi yang memiliki 62 siswa," tukasnya.

Menurut Samsir, peleburan tersebut dilakukan selain sebagai mengatasi kekurangan lokal, juga mengefisiensi anggaran operasional. Upaya peleburan sekolah ini, sebagai solusi terakhir jika tidak ada cara mendapatkan anggaran untuk menambah lokal.

Namun, Samsir akan membatalkan peleburan jika jumlah siswa di sekolah tersebut bertambah di tahun berikutnya.

Diketahui, sebanyak 44 siswa SDN 1 Sukawangi, Kecamatan Pagelaran, Kabupaten Pringsewu, harus berbagi kelas supaya bisa mengikuti kegiatan belajar mengajar di sekolah. Sedangkan, delapan siswa lainnya belajar di rumah dinas sekolah.

Kondisi itu, lantaran minimnya ruang kelas untuk kegiatan belajar mengajar di sekolah itu. SDN 1 Sukawangi yang terletak di tepi Jalan Lintas Barat ini, hanya memiliki satu bangunan yang terdiri dari empat ruang. Satu ruang guru dan tiga kelas.

Sehingga siswa SD terletak di perbatasan Kabupaten Pringsewu dengan Kabupaten Tanggamus ini berbagi ruang kelas: kelas satu dengan dua, dan kelas tiga dengan kelas lima. Masing-masing kelas memiliki rombongan belajar 12 murid untuk kelas satu, kelas dua 10 murid, kelas tiga tujuh murid, dan kelas lima sebanyak 15 murid.

Ruangan yang dibagi itu hanya tersekat dengan triplek setinggi kepala orang dewasa. Posisi tempat duduk siswa dua kelas di satu ruangan itu menghadapnya berlawanan. Meski begitu kegiatan belajar mengajarnya tetap tidak kondusif.

"Jika saya menerangkan dengan suara keras, guru yang mengajar disebelah membisiki saya agar jangan keras-keras," cerita Satino, yang mengajarkan mata pelajaran matematika di sekolah itu, Kamis (2/8/2012). Karena, suara keras Satini mengganggu konsentrasi di kelas sebelahnya.

Selain itu, ketika membacakan soal. Satino mencontohkan, saat dia membacakan soal matematika untuk kelas I, pertambahan 2+3. Tapi soal tersebut oleh siswa kelas dua yang bersebelahan, langsung dijawab. Sehingga, dengan begitu suasana belajarnya menjadi tidak teratur.

Berbeda dengan kelas empat yang terdapat delapan siswa, terpisah dan tidak menadi satu dengan kelas enam yang terdapat 10 siswa. Menurut Kepala SDN 1 Sukawangi Sardi Purnomo, siswa kelas enam sudah mendekati lulus sehingga belajar mengajarnya dipersiapkan lebih khusus.

Alhasil, siswa kelas empat dialihkan belajarnya ke bangunan rumah dinas yang kondisi pelafonnya sudah rusak. Selain itu beratapkan seng berkarat. Ruangannya pun terasa panas saat sinar matahari terik.

Kondisi menyekat-nyekat ruangan tersebut, menurut Sardi, sudah 28 tahun berlalu. Semenjak sekolah itu didirikan pada tahun 1984."Sejak berdiri baru sekali mendapat perbaikan sekitar tahun 2005," ujarnya. Pihak sekolah kerap kali mengajukan penambahan lokal akan tetapi tak kunjung terealisasi.

close