TUTUP
Lampung

Butuh Kain Kafan 39 Meter untuk Suparwono

Admin
23 February 2012, 12:36 PM WAT
Last Updated 2016-03-09T22:33:35Z
Suparwono semasa hidupnya
TULANGBAWANG BARAT - Suparwono, manusia tertinggi di Indonesia asal Tulangbawang Barat dimakamkan di Kampung Tri Tunggal Jaya SP 8, Kecamatan Gunung Agung, Tulangbawang Barat,  Kamis (23/02/12) sekitar pukul 11.00 WIB.

Pria kelahiran Pagelaran, Kabupaten Pringsewu, 4 November 1985 lalu itu dimakamkan di tengah kebun karet milik orang tuanya, yang berjarak sekitar 200 meter dari kediamannya. Menurut keterangan pihak keluarga, pria yang memiliki tinggi 242 centimeter itu meninggal akibat menderita muntaber.

Pihak keluarga maupun warga yang melakukan proses pemakaman Suparwono sempat kerepotan dibuatnya. Ini lantaran tinggi badan Suparwono mencapai 242 centimeter dan berat 176 kg. Karena itulah ia disebut sebagai manusia tertinggi di Indonesia.

Dibutuhkan kain kafan sepanjang 39,21 meter untuk membungkus jenazah Suparwono. Bahkan, dibutuhkan 18 orang untuk mengangkat jenazahnya. Saat dibawa ke pemakaman, jenazah Suparwono tidak dimasukkan dalam keranda maupun peti seperti umumnya. Untuk mengakalinya, pihak keluarga menggunakan mobil pikap dengan bak terbuka untuk membawa jenazah Suparwono ke pemakaman.

Saat jenazah Suparwono dikafankan

Suasana haru pihak keluarga dan warga setempat mewarnai saat mengantar jenazah pria yang dinobatkan sebagai duta wisata Provinsi Lampung itu ke peristirahatan terakhir. Menurut Sugito, ayah Suparwono, sebelum kematian anaknya, dirinya tidak menemukan tanda-tanda penyakit yang menyebabkan pria raksasa yang menjadi kebanggaan Lampung dan Indonesia itu meninggal.

"Dia nggak ada penyakit apa-apa, kemarin (Rabu) dia masih sehat aja, bahkan dia sempat menerima tamu yang datang, kebetulan didekat rumah ada hajatan," ujar Sugito, yang ditemui dirumah duka, Kamis siang.

Jenazah Suparwono diangkut dengan mobil pick up

Ibu Suparwono, Siti Aisyah menuturkan, ia sempat punya firasat tidak baik, beberapa hari sebelum Suparwono meninggal. Ia mengatakan, sempat bermimpi di kediamannya ramai dikunjungi orang. "Saya mimpi di rumah ini banyak orang, seperti mau Yasinan. Saya bilang sama Bapak kok kayak mau pengajian, banyak orang," katanya.

Selain itu, kata Siti Aisyah, beberapa hari sebelum meninggal, Suparwono sempat mengatakan kepada teman-teman dikampungnya akan pergi dari kampungnya. "Dia (Suparwono) bilang sama teman-temannya, Saya mau pergi, besok kalau tempat Pak Jumali selesai hajatan saya mau pergi," ucap Siti Aisyah menirukan ucapan Suparwono kepada teman-temannya.

Suratmi, guru SD Suparwono sempat berkisah mengenai keseharian Suparwono. Ia juga mengaku kaget atas meninggalnya Suparwono. Ia mengatakan, setiap kali lewat di depan rumah Suparwono, mantan anak didiknya itu terlihat duduk di teras rumah, sembari merokok.

"Kalau lewat dia hanya duduk-duduk aja di depan rumah. Saya juga kaget dia meninggal, tadinya nggak sakit, katanya dia abis sakit muntaber," tuturnya. Suratmi merupakan guru matematika ketika Suparwono masih menjadi anak didiknya. Di mata Suratmi, Suparwono termasuk anak didiknya yang tidak banyak ulah. "Dia orangnya pendiam, kalau soal pelajaran dia biasa-biasa aja," imbuhnya.

Mengenai postur tubuh Suparwono yang tidak lazim dengan anak seumurnya ketika itu, Suratmi mengaku memang sudah mulai nampak sejak masih duduk di bangku kelas empat SD. "Waktu SD badannya memang sudah keliatan gede, kelas enam sudah tidak pake sepatu. Kalau SD belum seberapa. Gede tapi masih biasa," imbuhnya.



Saat bertemu dengan Gubernur Lampung

Postur tubuhnya yang begitu besar menjadi penyebab Suparwono tidak melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi setelah ia lulus SD. Itu lantaran, tidak ada sepatu yang cukup untuk ukuran kaki Suparwono yang begitu besar.

"Gara-gara sepatu nggak muat, dia nggak melanjutkan sekolah tingkat SMP. Katanya dia malu sama teman-temannya karena nggak pake sepatu," tutur Siti Aisyah, ibu Suparwono. Suparwono menyelesaikan pendidikan tingkat SD tahun 1996 silam. "Sudah dibeliin dimana aja, nggak ada yang muat. Sekolah kelas 4 mulai berubah postur tubuh," ucap Siti Aisyah.

Menurutnya, sejak postur tubuh Suparwono menjadi besar, ia tidak pernah lagi kerja mencari rumput dan bertani. Suparwono lahir normal dengan berat badan 4 kg. Hanya saja, ketika lahir memang sudah nampak ada yang ganjil di tubuh Suparwono. "Perbedaannya tulangnya besar kulitnya kendor. Kalau habis makan perutnya gendut," katanya.

Postur tubuh Suparwono yang begitu besar, ternyata juga masuk dalam jajaran manusia tertinggi di dunia. Di dunia, Suparwono masuk dalam urutan ke 19 sebagai manusia tertinggi. Dilansir dari Wikipedia Internasional, Suparwono ditempatkan di urutan ke 19 dalam jajaran manusia laki-laki tertinggi di dunia sepanjang sejarah.

Suparwono memiliki tinggi 242 sentimeter. Orang tertinggi dunia sepanjang sejarah adalah Robert Wadlow, warga AS, yang tutup usia pada 1940 dengan tinggi 272 cm. Wadlow, penderita gigantisme, juga meninggal di usia muda, 22 tahun. (trb)
close