Suasana di dalam Stadion Kanjuruhan saat kejadian (Foto: Istimewa) |
MALANG - Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Malang, Jawa Timur Wiyanto Wijoyo mengungkapkan penyebab kematian ratusan suporter di Stadion Kanjuruhan, Malang, karena sesak napas.
"Situasi panik karena chaos dan terinjak-injak. Kalau secara medis karena sesak napas," ujarnya, Ahad (2/10/2022).
Terkini, sebanyak 130 suporter dilaporkan meninggal dan 180-an orang mengalami luka-luka akibat insiden tersebut.
Penggunaan gas air mata dalam kasus yang terjadi di Kanjuruhan disebut memperparah kondisi massa.
Gas air mata adalah bahan kimia yang menyebabkan iritasi kulit, pernapasan, dan mata.
Beberapa bahan kimia yang paling umum digunakan adalah chloroacetophenone (CN), chlorobenzylidenemalononitrile (CS), chloropicrin (PS), bromobenzylcyanide (CA) dan dibenzoxazepine (CR).
Secara umum, paparan gas air mata dapat menyebabkan sesak dada, batuk, rasa tercekik, mengi dan sesak napas, selain rasa terbakar pada mata, mulut dan hidung; penglihatan kabur dan kesulitan menelan.
"Gejala dari hidung berair, rasa terbakar di hidung dan tenggorokan, batuk, dahak, nyeri dada, sesak napas," kata dr Agus, dilansir detikcom.
Dikutip dari laman American Lung Association, gas air mata juga dapat menyebabkan luka bakar kimia, reaksi alergi, dan gangguan pernapasan.
Orang dengan kondisi pernapasan yang sudah ada sebelumnya, seperti asma dan penyakit paru obstruktif kronik (PPOK), memiliki risiko lebih tinggi mengalami gejala penyakit parah yang dapat menyebabkan gagal napas.
Efek kesehatan jangka panjang dari gas air mata lebih mungkin terjadi jika terpapar dalam waktu lama atau dalam dosis tinggi saat berada di area tertutup.
Dalam kasus ini, dapat menyebabkan kegagalan pernapasan dan kematian.
Polisi Tembakkan Gas Air Mata
Kerusuhan suporter di Stadion Kanjuruhan Malang saat laga Arema FC versus Persebaya pecah berujung tewasnya ratusan orang.
Ada tembakan gas air mata dalam kerusuhan itu. Polisi mengungkapkan alasan penggunaan gas air mata di Kanjuruhan.
Kapolda Jatim Irjen Nico Afinta menyebut suporter Arema FC merasa kecewa karena timnya kalah.
Untuk melampiaskan kekecewaannya itu, suporter turun ke tengah lapangan dan berusaha mencari para pemain dan official Arema FC.
"Oleh karena pengamanan melakukan upaya-upaya pencegahan dan melakukan pengalihan supaya mereka tidak masuk ke dalam lapangan mengincar para pemain," kata Nico.
"Dalam prosesnya itu untuk melakukan upaya-upaya pencegahan sampai dilakukan (penembakan) gas air mata karena sudah anarkis, sudah menyerang petugas, merusak mobil, dan akhirnya kena gas air mata," tambahnya.
Setelah polisi menembakkan gas air mata, para suporter itu berhamburan ke satu titik keluar stadion.
Saat itulah terjadi penumpukan suporter hingga kekurangan oksigen.
"Di dalam proses penumpukan itulah terjadi kurang oksigen yang oleh tim medis dan tim gabungan ini dilakukan upaya pertolongan yang ada di dalam stadion kemudian juga dilakukan evakuasi ke beberapa rumah sakit," ucapnya.
Korban Tewas 130
Nico menjelaskan kerusuhan itu menewaskan 127 orang (terbaru 130). Dua di antaranya anggota polisi dan 125 orang suporter Arema.
"Yang meninggal di stadion ada 34 kemudian yang lain meninggal di rumah sakit pada saat upaya proses pertolongan," katanya.
Tak hanya itu, ada 180 korban luka-luka masih dirawat di rumah sakit. Ada juga 13 mobil yang disebut dirusak massa suporter Arema.
"Kemudian masih ada 180 orang yang masih dalam proses perawatan," imbuhnya. (*)