"Oleh karena pengamanan melakukan upaya-upaya pencegahan dan melakukan pengalihan supaya mereka tidak masuk ke dalam lapangan mengincar para pemain," kata Nico.
"Dalam prosesnya itu untuk melakukan upaya-upaya pencegahan sampai dilakukan (penembakan) gas air mata karena sudah anarkis, sudah menyerang petugas, merusak mobil, dan akhirnya kena gas air mata," tambahnya.
Setelah polisi menembakkan gas air mata, para suporter itu berhamburan ke satu titik keluar stadion.
Saat itulah terjadi penumpukan suporter hingga kekurangan oksigen.
"Di dalam proses penumpukan itulah terjadi kurang oksigen yang oleh tim medis dan tim gabungan ini dilakukan upaya pertolongan yang ada di dalam stadion kemudian juga dilakukan evakuasi ke beberapa rumah sakit," ucapnya.
Korban Tewas 130
Nico menjelaskan kerusuhan itu menewaskan 127 orang (terbaru 130). Dua di antaranya anggota polisi dan 125 orang suporter Arema.
"Yang meninggal di stadion ada 34 kemudian yang lain meninggal di rumah sakit pada saat upaya proses pertolongan," katanya.
Tak hanya itu, ada 180 korban luka-luka masih dirawat di rumah sakit. Ada juga 13 mobil yang disebut dirusak massa suporter Arema.
"Kemudian masih ada 180 orang yang masih dalam proses perawatan," imbuhnya. (*)