TUTUP
TUTUP
HeadlineHukum

Terungkap! Pembunuhan Brigadir J Perintah Atasan, Penembak Bukan Hanya Bharada E

ADMIN
08 August 2022, 6:58 PM WAT
Last Updated 2022-09-15T17:06:56Z
Bharada Richard Eliezer atau BHarada E (baju hitam) (Foto: Istimewa)

JAKARTA - Pengakuan tersangka Bharada Richard Eliezer (E) terkait pembunuhan Brigadir Nofriansyah Yoshua (J) menguak fakta baru.


Tim pengacara Bharada E mengungkapkan, tewasnya Brigadir J di rumah dinas mantan Kadiv Propam Irjen Ferdy Sambo bukan insiden kejadian tembak-menembak, melainkan sebagai pembunuhan.


Pengacara Bharada E, Muhammad Boerhanuddin mengungkapkan, kliennya sudah mengaku ikut dalam aksi pembunuhan Brigadir J.


Bahkan diakui Bharada E, dia menjadi pelaku penembakan pertama terhadap Bharada E.


"Dia (Bharada E) sudah mengaku. Dia yang menembak pertama kali," ujar Boerhanuddin via sambungan telepon, dari Jakarta, Senin (8/8/2022).


Tetapi pengakuan kliennya yang melakukan tembakan pembuka, penembakan itu atas dasar perintah dari atasannya.


"Dia (Bharada E), mengaku menembak karena ada tekanan, itu perintah dari atasannya,” ujar Boerhanuddin, dilansir Republika.


Tim pengacara belum berani menyebut nama atasan yang memberi perintah kepada Bharada E untuk menembak Brigadir J.


Sebab, materi soal pemberi perintah tersebut dalam pendalaman tim penyidikan di Direktorat Tindak Pidana Umum (Dirtitpidum) Bareskrim Polri, dan juga Tim Gabungan Khusus, bersama Inspektorat Khusus (Irsus) bentukan Kapolri.


Tetapi, kata Boerhanuddin, Bharada E menjelaskan dalam berita acara pemeriksaan (BAP), dan juga kepada penyidik, penembakan sampai mati terhadap Bharada E itu dilakukan lebih dari dua orang.


“Dia (Bharada E) sudah mengaku ikut menembak dan dia sebutkan, setelah dia (melakukan penembakan) ada pelaku lain,” ujar Boerhanuddin.


Dia juga mengungkapkan pengakuan Bharada E yang menceritakan peristiwa penembakan tersebut, dilakukan cepat, tanpa ada aksi balasan dari Brigadir J.


"Dari (pengakuan) dia (Bharada E), pelaku yang menembak lebih dari satu dan saat itu tidak ada tembak-menembak (dengan Brigadir J),” terang Boerhanuddin.


Tim pengacara, saat ini dalam upaya meminta Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK) untuk memberikan perlindungan terhadap Bharada E, atas pengakuannya itu.


Tim pengacara juga setuju dengan Bharada E, untuk meminta penyidik menjadikannya sebagai justice collaborator dalam kasus pembunuhan Brigadir J ini.


Dalam penyidikan lanjutan oleh Dittipidum Bareskrim Polri dan Tim Khusus Gabungan Polri, sudah ditetapkan dua tersangka pembunuhan Brigadir J.


Awalan dalam kasus ini adalah Bharada E yang ditetapkan tersangka Pasal 338 KUH Pidana, juncto Pasal 55, dan Pasal 56 KUH Pidana.


Pada Ahad (7/8/2022), tim tersebut kembali menetapkan tersangka, yakni Brigadir Ricky Rizal (RR), yang ditetapkan tersangka Pasal 340, juncto Pasal 338, juncto Pasal 55, dan Pasal 56 KUH Pidana. 


Pengakuan dari Bharada E berbeda dengan narasi kepolisian selama ini, yang menyebutkan tewasnya Brigadir J karena adu tembak dengan Bharada E.


“Benar. Brigadir RR, dan Bharada RE sudah dilakukan penahanan di Bareskrim,” ujar Direktur Dittipidum Bareskrim Polri, Brigadir Jenderal (Brigjen) Andi Rian, Ahad.


Versi kepolisian selama ini menyebutkan insiden tembak-menembak tersebut, berawal dari perbuatan amoral, berupa pelecehan seksual, dan pencabulan, serta ancaman Brigadir J terhadap PC, istri dari Irjen Ferdy Sambo.


Sejak Sabtu (6/8/2022), Polri juga telah menjebloskan Irjen Sambo ke sel isolasi khusus di Mako Brimob.


Saat mendatangi gedung Bareskrim Polri pada Kamis (4/8/2022) lalu, Irjen Ferdy Sambo menyebut kematian ajudannya, Brigadir Nofriansyah Yoshua (J) tak lepas dari latar belakang perbuatan terhadap istrinya, PC.


Menurut dia, insiden baku tembak antara Bharada Richard Eliezer (E) yang menewaskan Brigadir J, berawal dari perbuatan yang tak pantas.


Akan tetapi, Sambo tak menjelaskan perbuatan apa yang dilakukan Brigadir J terhadap istrinya.


“Semua ini tidak terlepas dari apa yang telah dilakukan saudara Yoshua (Brigadir J), kepada isteri dan keluarga saya,” kata Sambo.


Namun begitu, Sambo menyesali atas insiden yang menewaskan Brigadir J itu.


Sambo mengaku, sebagai manusia yang ber-Tuhan, ia meminta maaf kepada keluarga besar Brigadir J. 


“Saya selaku manusia ciptaan Tuhan, menyampaikan belasungkawa atas meninggalnya Brigadir Yoshua. Semoga keluarga diberikan kekuatan,” kata Sambo. 


Sebagai jenderal polisi, ia pun meminta maaf kepada Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo, maupun institusi Polri atas tewasnya Brigadir J.


“Saya menyampaikan permohonan maaf, kepada Kapolri, dan kepada institusi Polri,” ujar Sambo.


Atas penyesalan, dan permintaan maaf tersebut, Sambo memohon kepada masyarakat untuk memberikan dukungan kepada istrinya, yang sejak kematian Brigadir J mengalami guncangan batin. 


“Saya mohon doa, agar isteri saya segera pulih dari trauma, dan anak-anak saya, agar bisa melewati kondisi ini,” kata Sambo. (*)

close