![]() |
(foto: istimewa) |
LAMPUNG – Akhirnya, sumber pendanaan kegiatan sosialisasi kandidat calon gubernur (cagub) yang bakal maju pada pemilihan gubernur (Pilgub) Lampung 2018 mendatang mulai terkuak.
Ternyata, salah satu sumber dana berasal dari taipan atau konglomerat. Di antaranya kegiatan Jaringan Arinal Berkarya (JAYA).
Ternyata, kegiatan sosialisasi untuk mengenalkan Ketua DPD Partai Golkar Lampung Arinal Djunaidi sebagai kandidat cagub ke masyarakat itu dibiayai oleh taipan.
Wartawan mendapatkan data tepercaya, taipan tersebut adalah owner salah satu pabrik gula di Lampung.
Kepastian pembiayaan JAYA oleh Taipan tersebut pun terungkap beberapa waktu lalu. Ketika itu, JAYA menggelar diskusi bertema bisnis yang diikuti ratusan pengusaha menghadirkan pakar marketing Hermawan Kertajaya.
Pada diskusi yang digelar di Ballroom Hotel Novotel Bandar Lampung, Kamis (11/5/2017) pukul 19.00 WIB tersebut, terjadi peristiwa mencengangkan.
Dengan gamblang dan tegas, Hermawan yang juga merupakan presiden World Marketing Association itu menyatakan bahwa dia diundang oleh salah satu perusahaan pabrik gula di Lampung.
Berdasarkan penelusuran dari sumber-sumber tepercaya lainnya menyebutkan, biaya yang dikucurkan sang taipan pun fantastis. Nilainya bahkan diprediksi mencapai miliaran rupiah.
Bagaimana tidak, sosialisasi yang dikemas melalui berbagai kegiatan itu menghadirkan berbagai hadiah jor-joran.
Mulai senam massal berhadiah mobil, wayangan semalam suntuk dengan doorprize beragam hadiah seperti hand tractor, sepeda motor, hingga kambing.
Namun, saat berita ini diturunkan, Ketua Jaringan Arinal Berkarya, Himawan Ali Imron, belum bersedia memberikan komentar.
Berkali-kali dihubungi, wakil ketua Bidang Media Massa dan Penggalangan Opini DPD Partai Golkar Lampung itu tak bersedia mengangkat ponselnya.
Begitu juga ketika ditemui pada acara wayangan di Lapangan Lebakbulus, Desa Bagelen, Gedongtataan, Pesawaran, pada Jumat (9/6) lalu, Anggota DPRD Lampung itu sebelumnya dikabarkan ada di lokasi dengan Ketua Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Lampung nonaktif Supriyadi Alfian.
Namun ketika coba ditemui, ternyata menghilang. Ketika dihubungi via ponselnya serta dikirimi pesan singkat (short message service/SMS) oleh wartawan koran ini, pada malam itu Imron juga tak merespons.
Pada bagian lain, pengamat politik Universitas Lampung Dr. Suwondo ikut menyoroti adanya fenomena pengusaha yang ikut membiayai kandidat cagub.
Dosen FISIP Unila ini mengatakan, dalam proses pilkada yang sekarang berkembang, adanya pengusaha yang masih membiayai kandidat cagub adalah tindakan tidak etis.
Setidaknya ada hal-hal yang kemungkinan ditabrak. Di antaranya kaidah hukum. Dalam hal ini terkait kemungkinan dilanggarnya peraturan perundang-undangan yang mengatur bantuan dari pihak ketiga terhadap pasangan pilkada.
Jika kaitannya dengan pengusaha, kata dia, biasanya bantuan yang diberikan kepada pasangan calon akan berdampak terhadap kekuasaan dan ekonomi.
’’Biasanya tidak ada bantuan yang gratis. Mereka (pengusaha, Red) membantu pasti mencari untung. Bisa berupa kekuasaan atau ekonomi,” kata Suwondo, Minggu (11/6), seperti dilansir Radarlampung, Senin (12/6).
Dia menjelaskan, taipan yang memberikan bantuan kepada pasangan calon kelak memengaruhi kebijakan kepala daerah terpilih untuk memuluskan jalannya perusahaan. Dengan demikian, kepala daerah menjadi tidak independen karena terpengaruh kepentingan taipan.
’’Inilah yang disebut konsep kartelisasi. Taipan yang membiayai akan mengambil kekuasaan dan sisi ekonomis kepala daerah,” pungkasnya. (*)