Ringkasan episode sebelumnya: Lewat testimoninya, Sinta Melyati mengaku sangat mencintai Ridho, meski tahu bahwa lelaki itu telah beristri dan beranak. Namun, menurutnya, rasa cinta itu tidak lahir secara begitu saja. Ia terbentuk dari kegigihan Ridho untuk merebut hatinya.
Cerita Sinta Melyati mundur hingga empat tahun ke belakang, pada kejadian sekitar tahun 2013 di Lapangan Tembak Marinir Piabung, Kabupaten Pesawaran, Lampung, ketika ia pertama kali berjabatan tangan dengan Ridho, figur muda yang rupawan dan penuh perhatian.
Seperti apa proses perkenalan mereka? Dan, kenapa mereka bisa bertemu di lapangan tembak itu? (red).*
PADA tahun 2013 itu, di Lapangan Tembak Marinir Piabung, Kabupaten Pesawaran, Lampung, perkenalan antara Sinta Melyati dengan Ridho Ficardo boleh dibilang terjadi secara begitu saja, tanpa perencanaan.
Sinta hadir di sana bersama Ginta, teman Ridho dalam bermain tembak-tembakan di sana. Pada saat itu, tidak ada peristiwa apapun yang harus dianggap istimewa. Sinta sendiri, kala itu, masih bekerja sebagai tenaga marketing di sana.
Sepertinya pertemuan dan perkenalan itu takkan melahirkan tragedi apa-apa. Namun, belum sebulan sejak perkenalan dengan Ridho itu, Iskandar —pimpinan Sinta di tempatnya bekerja tadi— memanggilnya.
Melalui sebuah tanya-jawab yang lebih mirip interogasi, Iskandar menanyai Sinta soal perkenalannya dengan Ridho tersebut. Kala itu, Sinta mengaku tak ada yang istimewa dari perkenalan tersebut. Biasa-biasa saja.
Kemudian, Iskandar memberikan nomor telepon dan pin BlackBerry Messenger (BBM) Ridho kepada Sinta, seraya mengingatkan anak buahnya itu untuk melanjutkan dan selalu menjaga komunikasinya dengan sang pengusaha dan politisi muda.
“Perlu dilanjutkan. Kontak perlu dijaga. Siapa tahu nanti ada urusan dengan Ridho,” kata Iskandar, saat itu, sebagaimana ditirukan Sinta Melyati.
Maka, Sinta pun meng-invite Ridho melalui BBM. Undangan itu ternyata langsung disambut Ridho dalam tempo yang sungguh cepat.
Plaza Senayan Jakarta
Sejak saling memiliki nomor kontak pribadi tersebut, Sinta Melyati dan Ridho Ficardo pun mulai menjalin hubungan komunikasi yang lumayan intensif.
Dari hari ke hari, hubungan lewat jaringan selular mereka cenderung kian rapat. Mereka mulai berbagi cerita lewat pesan-pesan yang dikirimkannya.
Pertukaran kisah dan cerita di antara kedua insan itu berlangsung tanpa kenal waktu —pagi, siang, dan terutama malam.
“Ridho kerap bertanya untuk menunjukkan perhatiannya kepada saya, seperti: sedang apa atau lagi di mana? Kami pun mulai rajin saling curhat, baik soal pekerjaan maupun keluarga,” kata Sinta Melyati.
Bahkan, kemudian, mereka mulai sering menata janji untuk saling jumpa dan pergi bersama. Setelah hampir setahun saling menumpahkan perasaan, tibalah satu momentum, tepatnya di awal tahun 2014, saat mereka mengikat janji untuk berjumpa di Plaza Senayan, Jakarta.
Menurut Sinta, pada pertemuan inilah Ridho mengutarakan perasaan untuk mempersuntingnya. Bukan hal yang terlalu mengejutkan. Karena, selama berkomunikasi lewat BBM maupun SMS pun, keduanya memang sudah saling menumpahkan rasa cinta dengan berbagai cara.
Pucuk dicinta, ulam tiba. Plaza Senayan Jakarta pun akhirnya menjadi saksi bisu dari janji kedua anak manusia berlainan jenis ini untuk mengarungi masa depan bersama.
Lantas, apa yang kemudian terjadi? Sejauh manakah lanjutan dari ikatan yang terjalin lewat pertemuan di Plaza Senayan Jakarta itu? Ikuti terus perjalanan berdasarkan testimoni Sinta Melyati ini… (Bersambung).*
Sumber: IGSBerita