Ringkasan episode sebelumnya: Politisi Partai Gerindra, Desmond Junaidi Mahesa, menyatakan, Sinta Melyati telah mencabut pengaduannya ke Komisi III DPR RI.
Apakah karena sudah tercapai “perdamaian yang memuaskan” bagi Sinta Melyati, ataukah laporannya memang tidak kuat untuk dilanjutkan? Seperti apa sebetulnya isi testimoni Sinta Melyati itu? (red).*
Apakah karena sudah tercapai “perdamaian yang memuaskan” bagi Sinta Melyati, ataukah laporannya memang tidak kuat untuk dilanjutkan? Seperti apa sebetulnya isi testimoni Sinta Melyati itu? (red).*
Terbuai Mimpi
AWALNYA, Sinta Melyati bukanlah sosok gadis pemimpi. Bahwa ia memburu kepastian masa depan, itu hanyalah kewajaran, sebagaimana harapan semua orang di planet Bumi ini. Gadis mana yang tak menginginkan sebuah rumah tangga bertabur kebahagiaan lahir dan batin?
Kalau kemudian Sinta berkembang menjadi figur yang penuh mimpi, seolah haus akan gelimang harta dan tahta, semua itu tak lepas dari janji-janji seorang lelaki muda, tampan, kaya raya, dan bertahta, bernama Ridho Ficardo.
Kini, semua harapannya sirna. Rumah tangga indah yang pernah menghiasi alam tidurnya tak pernah lagi datang menghampiri. Bahkan ia harus hidup dalam pelarian, meninggalkan tanah kelahirannya, Lampung, juga keluarganya, dengan keputusasaan yang mendalam.
Lewat testimoninya, Sinta Melyati mengaku sangat mencintai Ridho, meski tahu bahwa lelaki itu telah beristri dan beranak. Namun, menurutnya, rasa cinta itu tidak lahir secara begitu saja. Ia terbentuk dari kegigihan Ridho untuk merebut hatinya.
Setelah semuanya hancur, remuk berkeping-keping dimakan kepalsuan, Sinta berjuang menghadapi berbagai medan perlawanan, demi meraih kembali janji-janji yang pernah terlontar manja dari mulut manis Ridho.
Belakangan, lanjut Sinta, Ridho mengulurkan perhatiannya dengan memberi kompensasi berupa materi, harta-harta bernilai kebendaan, demi mengobati luka asmara yang sudah telanjur ia torehkan di hati Sinta.
Tentu saja, tidak mudah bagi Sinta Melyati untuk menerima kompensasi atas sikap ingkar sang kekasih, karena memang bukan itu yang menjadi mimpinya sejak awal. Maka, tak ayal, kisah asmara mereka pun menemukan jalannya sendiri untuk terungkap dan beredar luas di masyarakat.
Dari Pesawaran
Cerita Sinta Melyati mundur hingga empat tahun ke belakang, pada kejadian sekitar tahun 2013 di Lapangan Tembak Marinir Piabung, Kabupaten Pesawaran, Lampung, ketika ia pertama kali berjabatan tangan dengan Ridho, figur muda yang rupawan dan penuh perhatian.
Kala itu, Ridho masih berprofesi sebagai seorang pengusaha dan politisi —belum menduduki kursi Gubernur Lampung, sebuah provinsi di ujung Pulau Sumatera yang juga merupakan tanah kelahiran sekaligus tempat bermukim Sinta Melyati dan keluarga besarnya.
Seperti apa proses perkenalan mereka? Dan, kenapa mereka bisa bertemu di lapangan tembak itu? Ikuti kisah selanjutnya. Banyak kejutan yang bakal hadir di sana. (Bersambung).*
sumber: IGSBerita
sumber: IGSBerita