![]() |
(Foto: Saharuddin) |
TULANGBAWANGBARAT, SABURAI.ID - Direktur Operasional Badan Usaha Milik Tiyuh (BUMT) Tiyuh Mandiri Bersama, Kabupaten Tulang Bawang Barat (Tubaba), Chairulloh Ahmad,S.Pt, mendorong petani singkong,untuk terus melakukan langkah inovatif.
Hal ini menyusul anjloknya harga jual singkong petani yang terus merosot akhir-akhir ini, khususnya di kabupaten berjuluk 'Bumi Ragem Sai Mangei Wawai' itu.
"Saya merasa prihatin atas anjloknya harga singkong petani. Untuk itu kita butuh inovasi, meski akan membutuhkan teknologi tambahan," ujarnya, saat dijumpai di kediamannya, Minggu (18/9/2016).
Menurut Chairul, turunnya harga komoditas singkong diduga akibat ulah dari kebijakan sepihak pabrik singkong, yang mengambil keuntungan lebih, sekaligus juga memanfaatkan isu masuknya impor singkong dari Vietnam, untuk melegalkan pemotongan penyusutan yang terlalu besar harga singkong petani kecil.
"Dugaan saya ini hanya permainan pasar saja, karena harga produk mereka seperti tapioka dan lain sebagainya tidak mengalami penurunan harga," kata Chairul, menanggapi keluhan petani singkong di Tubaba.
Dia berharap agar para petani singkong, khususnya di Tubaba, untuk terus melakukan langkah inovasi hasil panen singkong.
"Saya merasa prihatin atas anjloknya harga singkong petani. Untuk itu kita butuh inovasi, meski akan membutuhkan teknologi tambahan," ujarnya, saat dijumpai di kediamannya, Minggu (18/9/2016).
Menurut Chairul, turunnya harga komoditas singkong diduga akibat ulah dari kebijakan sepihak pabrik singkong, yang mengambil keuntungan lebih, sekaligus juga memanfaatkan isu masuknya impor singkong dari Vietnam, untuk melegalkan pemotongan penyusutan yang terlalu besar harga singkong petani kecil.
"Dugaan saya ini hanya permainan pasar saja, karena harga produk mereka seperti tapioka dan lain sebagainya tidak mengalami penurunan harga," kata Chairul, menanggapi keluhan petani singkong di Tubaba.
Dia berharap agar para petani singkong, khususnya di Tubaba, untuk terus melakukan langkah inovasi hasil panen singkong.
Misalnya mengubah singkong menjadi bahan pangan strategis, yang dapat dijadikan bahan pengganti pangan pokok beras, seperti gaplek ataupun singkong kering dan tapioka.
"Hasil panen nantinya bisa kita olah menjadi gaplek ataupun nasi tiwul kering dan panganan lainnya. Apalagi jika didukung pemerintah daerah yang memfasilitasi teknologinya. Saya yakin harga singkong dapat dikendalikan oleh kita," kata Chairul.
Sementara, dari hasil pantauan Saburai.id, harga singkong di pabrik merosot hingga mencapai Rp680-Rp810/kilogram (kg), dan di tingkat petani paling rendah hanya Rp400/kg.
Sementara, dari hasil pantauan Saburai.id, harga singkong di pabrik merosot hingga mencapai Rp680-Rp810/kilogram (kg), dan di tingkat petani paling rendah hanya Rp400/kg.
Merosotnya harga komoditas pertanian singkong ini, membuat petani di kabupaten yang berselogan Terdepan Optimis dan Pasti Maju (TOP) Tubaba tersebut makin terpuruk. (Saharuddin)