TUTUP
Internasional

Dikabarkan, 428 WNI Gabung ISIS, Apa Upaya Kemenlu?

Admin
23 November 2015, 9:58 PM WAT
Last Updated 2015-11-23T14:58:42Z
Infografis "Menuju Wilayah ISIS". (ilustrasi: tempo)

SABURAI LAMPUNG - Kementerian Luar Negeri tengah menyelidiki Warga Negara Indonesia (WNI) yang bergabung bersama Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS). Penelurusan Kementerian Luar Negeri bakal digunakan untuk menindaklanjuti proses hukum. 

Mereka akan menjalani proses hukum di negara bersangkutan, hukum di Indonesia, atau hukum Internasional.

"Data jumlah WNI yang bergabung ISIS tak sama. Ada yang menyebut 428 orang," ujar Wakil Menteri Luar Negeri, Abdurrahman Mohammad Fachir saat membuka International Conference of Islamic Scholars (ICIS) di Universitas Islam Negeri (UIN) Malang, Senin (23/11/2015). 

Verifikasi data penting, katanya, agar informasi tak simpang siur.

Penanganan WNI yang terlibat ISIS juga bakal melibatkan sejumlah negara. Terutama negara sahabat yang berusaha bersama-sama memerangi radikalisme dan terorisme yang mengatasnamakan agama. 

“Termasuk bekerjasama dengan ulama Suriah. Kita minta beliau untuk tolong anak-anak kita di sana. Memberikan pencerahan, karena terpengaruh nilai ekstrimisme,” katanya, seperti dilansir Tempo.

Fachir mengkhawatirkan mereka akan kembali membawa bibit radikalisme di Indonesia. Seperti bekas kombatan Afghanistan yang melakukan teror di Indonesia. Untuk itu, ia berharap konferensi sufi dan cendikiawan ini menghasilkan dan merumuskan usaha menangkal radikalisme.

Konferensi dihadiri 65 tokoh agama dari 34 Negara. Serta 500 ulama dan cendikiawan muslim seluruh nusantara. Sekretaris Jenderal ISIS Kiai Haji Achmad Hasyim Muzadi menilai pendidikan menjadi salah satu upaya untuk menangkal radikalisme. Seperti yang dilakukan Universitas Islam Negeri (UIN) Malang dengan menggabungkan konsep pesantren dengan pendidikan modern. 

"Mahasiswa 23 Negara belajar di UIN Malang," ujar Hasyim. 

Pendidikan yang menjunjung toleransi, katanya, akan menghasilkan anak soleh bukan teroris. Jika Pemerintah mendukung, Hasyim yakin Universitas di dalam negeri bisa menyalip Universitas Internasional. Hasyim mencontohkan Mesir yang punya Universitas terkenal seperti Al Azhar, namun di sana ada kekacauan atas nama agama. (*)
close