SABURAI - Ketua DPR RI Setya Novanto mengingatkan Komisi XI untuk meminta Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) melakukan audit terhadap Bank Indonesia (BI) menyusul nilai tukar rupiah yang terus melemah hingga menembus Rp14.000 per dolar AS.
"Saya berharap (ada audit) Bank Indonesia sebagai penanggung jawab moneter, dan agar kinerjanya lebih baik," kata Setya Novanto di Gedung MPR/DPR/DPD RI, Jakarta, Senin (24/8/2015).
Menurut Setya Novanto, Komisi XI DPR RI sebaiknya segera mengundang BPK untuk mengajukan audit kepada Bank Iindonesia, dengan cara pemeriksaan dengan tujuan tertentu (PDTT).
Wakil Ketua Umum DPP Partai Golkar hasil Munas Bali ini menambahkan, BPK perlu melakukan investigasi terhadap kinerja Bank Indonesia guna mengetahui penyebab dan faktor-faktor yang terkait dengan terus melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS.
"Jika dilakukan audit PDTT, agar dapat memberikan analisa lebih jelas kesiapan pada Bank Indonesia," kata Novanto, seperti dilansir Skalanews dari Antara.
Sebelumnya, pada Rapat Dengar Pendapat (RDP) antara Komisi XI DPR RI dengan pimpinan Bank Indonesia dan pimpinan Otoritas Jasa Keuangan, Senin, Agendanya antara lain membahas Anggaran Tahunan Bank Indonesia (ATBI) 2016.
Sekretaris Panja Penerimaan Negara DPR RI, Mukhammad Misbakhun juga sudah menyampaikan hal senada. Menurut Misbakhun, Bank Indonesia terlihat setengah hati dalam melakukan operasi moneter untuk menguatkan dan menstabilkan nilai tukar supiah terhadap dolar AS.
"Terlihat ada konflik kepentingan yang membuat Bank Indonesia sebagai bank sentral setengah hati melakukan operasi moneter. Padahal ini sangat penting untuk mengamankan target nilai tukar dalam UU APBN," ujar Misbakhun.
Misbakhun juga melihat ada permasalahan lain di Bank Indonesia yakni soal pencetakan uang, dan siapa saja yang terlibat dalam proses pencetakan uang yang tidak transparan.
"Persoalan ini sempat menjadi pertanyaan Komisi XI DPR, seputar pencetakan uang," katanya. (*)


