JAKARTA - Penyerangan brutal terjadi di Rumah Duka RSPAD Gatot Subroto pada Kamis (23/2/2012) dini hari menyebabkan dua orang tewas.
Kepala Polres Metro Jakarta Pusat Komisaris Besar Angesta Romano Yoyol mengatakan, peristiwa tersebut bermula saat kelompok yang berjumlah 15 orang sedang melayat salah seorang kerabatnya, yakni Bob, di Rumah Duka RSPAD Gatot Subroto. Mereka berkumpul di rumah duka itu pada Rabu (22/2/2012) pukul 22.00.
Pada Kamis dini hari tepatnya pukul 01.30, sekitar 50 orang tak dikenal mendatangi rumah duka. Mereka datang dengan menumpang delapan mobil taksi. "Begitu keluar, mereka bawa golok dan langsung menyerang secara membabi buta kelompok yang sedang duduk-duduk di rumah duka itu," ucap Yoyol, Kamis pagi, saat dihubungi wartawan.
Kelompok penyerang ini langsung menyeruak masuk dan menikam para pelayat. Penyerangan, kata Yoyol, berlangsung selama 20 menit. Sebanyak dua orang tewas di lokasi kejadian, yakni Stanley AY Wenno dan Ricky Tutu Boy dari kelompok pelayat. Sementara itu, enam orang lainnya mengalami luka berat hingga ringan. Mereka adalah Oktavianius (35), Yopi (35), Stanley (39), Ricky (37), Erol (38), dan Jefrey (38) yang juga dari kelompok pelayat.
Setelah menyerang, para pelaku lalu meninggalkan lokasi menggunakan taksi. Menurut Yoyol, kedua kubu berasal dari Kampung Ambon, Jakarta Barat. Korban tewas sudah dievakuasi ke Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM), sementara enam korban luka dilarikan ke RS Mitra Kemayoran. Polisi kini juga tengah mengejar pelaku. Motif penyerangan masih belum diketahui.
Versi Saksi Mata
Sementara, menurut Egidius (20), salah seorang saksi mata, bentrokan itu berlangsung sadis. Peristiwa tersebut diakui terjadi sekitar pukul 02.00 saat ia tengah berjaga di Ruang A RSPAD, tempat jenazah salah satu keluarganya disemayamkan.
"Kami lagi duduk-duduk di depan sana, mereka kejar orang dari depan. Yang beta lihat dua orang," ujarnya kepada Kompas.com di lokasi kejadian, Kamis (23/2/2012).
Kelompok tersebut diakui berjumlah belasan dan semuanya menggunakan senjata tajam berupa parang. "Beta tidak tahu mereka ke sini naik apa. Korban yang satu kabur bersembunyi di dalam ruangan rumah duka, itu ditebas sampai putus tangannya," ujarnya.
Dia mengatakan, salah satu korban lainnya sempat diserang di bagian dada dan punggung sampai terjatuh. Peristiwa kedua tersebut berjarak sekitar 20 meter dari ruangan rumah duka. "Kami lihat tidak begitu jelas, tapi dia masih bangun lagi, lari ke tempat parkir, sampai dibantai di sana. Kondisinya mengenaskan sekali. Ada luka bacok di leher," ujarnya.
Diakuinya, setelah membantai dua orang tersebut, pelaku kemudian melarikan diri ke arah pintu gerbang rumah sakit. Dalam peristiwa yang berlangsung lebih kurang 20 menit tersebut, Egi sama sekali tidak melihat aparat kepolisian atau TNI yang berjaga sehingga kelompok tersebut dengan mudahnya masuk dan melakukan penganiayaan.
Egi yang berasal dari Kupang, Nusa Tenggara Timur, mengaku tidak mengenal, baik belasan orang yang menganiaya, maupun kedua korban. Ia mengaku bahwa kejadian begitu cepat dan pada saat pembantaian terjadi, dia bersembunyi di bawah meja sambil mengintip pembantaian tersebut. Diketahui, identitas korban tewas adalah Ricky Tutu Boy, kelahiran Ambon 29 april 1975, warga Jalan F Kalasut RT 08 RW 06 Barong Utara, Sorong, Papua, dengan luka di kepala. Korban tewas lainnya adalah Stanley AY Wenno, warga Jalan Ruas B2 Kemayoran, Jakarta Pusat, dengan luka di kepala dan perut, serta kaki kiri patah.
Sementara itu, informasi satu korban lain yang dikabarkan tewas masih belum bisa dipastikan. Salah satu korban luka diketahui bernama Oktavianus Maximilion, warga Jalan Kelapa Dua Wetan Nomor 1A RT 11, Cibubur, dengan luka tusuk di perut kiri. Semuanya berada di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo.
Polda Metro Jaya telah mengidentifikasi bahwa kedua kelompok yang terlibat dalam bentrokan berasal dari kelompok pemuda daerah tertentu. (kom)