PENGUSAHA yang terjun ke bisnis rumah sakit bertambah. Setelah sukses yang diraih Siloam milik Lippo, Eka Hospital milik Sinar Mas dan Mayapada Hospital milik Tahir, pengusaha Ciputra juga melakukan hal yang sama dengan mendirikan Ciputra Hospital yang bisa dijangkau masyarakat luas.
Prihatin dengan banyaknya rumah sakit di Indonesia yang tidak dijadikan rujukan untuk berobat pasien dalam negeri, Ciputra berharap ke depan rumah sakit di Indonesia bisa menjadi tuan rumah di negerinya sendiri.
Ia juga prihatin dokter-dokter hebat di luar negeri masih enggan praktik di Indonesia karena terganjal berbagai persyaratan. Hingga kini belum ada satupun dokter dari luar negeri yang mau menjalankan praktik pelayanan di Indonesia.
Hal itu disampaikan oleh insinyur sekaligus pengusaha, Ir Ciputra saat meresmikan Rumah Sakit Ciputra Tangerang. Menurutnya, banyak warga Indonesia yang berobat ke luar negeri karena aturan yang ada membelenggu dokter asing untuk praktik di Indonesia.
"Rumah sakit di Indonesia banyak, tapi kenapa orang datang ke luar negeri, Bangkok, Malaysia, Bangkok, India. Kenapa? Ada yang salah," ujar Ciputra usai meresmikan Ciputra Hospital di Citra Raya, Tangerang, Selasa (1/11/2011).
Ciputra menyesalkan bahwa rumah sakit di Indonesia tidak dijadikan rujukan oleh para pasien. Ketika menderita suatu penyakit, pasien-pasien itu lebih memilih berobat ke rumah sakit Mount Elizabeth Singapura, atau rumah sakit lain di luar negeri.
"Sampai sekarang kita belum ketemu cara. Banyak dokter hebat belum mau praktik disini. Ini kita harus jawab," tambah Ciputra.
Salah satu yang mendasari, lanjut Ciputra adalah persyaratan yang terlalu berbelit-belit. Menurut peraturan yang berlaku, dokter luar negeri yang ingin praktik di Indonesia harus disupervisi oleh dokter lokal.
"Mereka harus diuji dengan dokter Indonesia. Sebagai manusia, dia merasa hina," ujarnya.
Dengan penerapan Free Trade Area, diharapkan tidak ada lagi hambatan dokter luar negeri untuk berpraktik di Indonesia. Harapan ini sekaligus menjadi tantangan bagi Indonesia untuk menjadi tuan rumah di negeri sendiri, sehingga dokter Indonesia terus meningkatkan kompetensi dan mampu memenangkan persaingan.
"Kita pasti ingin ditangani dokter Indonesia. Tapi kalau ga sembuh apa boleh buat?" tegasnya.
Ciputra membandingkan aturan praktik dokter asing dengan aturan profesi arsitek yang lebih longgar. Tidak ada ujian arsitek luar negeri untuk membuka praktik di Indonesia, semua berdasarkan kemampuan dan karya masing-masing.
"Arsitek, bisa buka praktik. Dengan demikian arsitek lokal bisa meningkatkan diri. Ini tugas ibu Mari sebagai menteri memikirkan hal ini," imbuhnya.
RS Swasta untuk Kalangan Mampu
Dalam kesempatan itu Ciputra juga mengungkap adanya perbedaan antara rumah sakit pemerintah dengan rumah sakit swasta, berdasarkan segmentasi pasiennya. Mneurutnya, rumah sakit pemerintah melayani kesehatan masyarakat kurang mampu, sedangkan rumah sakit swasta untuk golongan menengah ke atas.
"Ada pembagian. Rumah sakit swasta adalah golongan menengah. Untuk yang kurang mampu adalah rumah sakit pemerintah," katanya.
Sebagai contoh ia menyebutkan rumah sakit Ciputra Hospital yang baru saja diresmikan, yang memang diperuntukan untuk warga perumahan Citra Raya Tangerang dan sekitarnya yang berkemampuan ekonomi menengah atas.
Namun saat situasi darurat, rumah sakit Ciputra Hospital masih mau menerima masyarakat tidak mampu yang butuh pertolongan segera. Tentu saja komitmen ini tidak selamanya, sebab dalam waktu dekat Ciputra Hospital juga akan segera bekerja sama dengan rumah sakit pemerintah.
"Kalau mendadak, kita tetap layani dengan kerja sama dengan rumah sakit itu (pemerintah). Di sini ada dua rumah sakit pemerintah," tambahnya.
Rumah Sakit Ciputra Hospital Tangerang dibangun dengan dana Rp 120 miliar, di atas area seluas 12.000 meter persegi dan terdiri dari empat lantai. Total luas bangunan mencapai 10.000 meter persegi.
Rumah sakit Ciputra Hospital Tangerang memiliki fasilitas poli klinik, medical check up, dan unit gawat darurat. Selain itu ada fasilitas radiologi, laboratorium, farmasi, fisoterapi dan lain-lain.
sumber : detik
Prihatin dengan banyaknya rumah sakit di Indonesia yang tidak dijadikan rujukan untuk berobat pasien dalam negeri, Ciputra berharap ke depan rumah sakit di Indonesia bisa menjadi tuan rumah di negerinya sendiri.
Ia juga prihatin dokter-dokter hebat di luar negeri masih enggan praktik di Indonesia karena terganjal berbagai persyaratan. Hingga kini belum ada satupun dokter dari luar negeri yang mau menjalankan praktik pelayanan di Indonesia.
Hal itu disampaikan oleh insinyur sekaligus pengusaha, Ir Ciputra saat meresmikan Rumah Sakit Ciputra Tangerang. Menurutnya, banyak warga Indonesia yang berobat ke luar negeri karena aturan yang ada membelenggu dokter asing untuk praktik di Indonesia.
"Rumah sakit di Indonesia banyak, tapi kenapa orang datang ke luar negeri, Bangkok, Malaysia, Bangkok, India. Kenapa? Ada yang salah," ujar Ciputra usai meresmikan Ciputra Hospital di Citra Raya, Tangerang, Selasa (1/11/2011).
Ciputra menyesalkan bahwa rumah sakit di Indonesia tidak dijadikan rujukan oleh para pasien. Ketika menderita suatu penyakit, pasien-pasien itu lebih memilih berobat ke rumah sakit Mount Elizabeth Singapura, atau rumah sakit lain di luar negeri.
"Sampai sekarang kita belum ketemu cara. Banyak dokter hebat belum mau praktik disini. Ini kita harus jawab," tambah Ciputra.
Salah satu yang mendasari, lanjut Ciputra adalah persyaratan yang terlalu berbelit-belit. Menurut peraturan yang berlaku, dokter luar negeri yang ingin praktik di Indonesia harus disupervisi oleh dokter lokal.
"Mereka harus diuji dengan dokter Indonesia. Sebagai manusia, dia merasa hina," ujarnya.
Dengan penerapan Free Trade Area, diharapkan tidak ada lagi hambatan dokter luar negeri untuk berpraktik di Indonesia. Harapan ini sekaligus menjadi tantangan bagi Indonesia untuk menjadi tuan rumah di negeri sendiri, sehingga dokter Indonesia terus meningkatkan kompetensi dan mampu memenangkan persaingan.
"Kita pasti ingin ditangani dokter Indonesia. Tapi kalau ga sembuh apa boleh buat?" tegasnya.
Ciputra membandingkan aturan praktik dokter asing dengan aturan profesi arsitek yang lebih longgar. Tidak ada ujian arsitek luar negeri untuk membuka praktik di Indonesia, semua berdasarkan kemampuan dan karya masing-masing.
"Arsitek, bisa buka praktik. Dengan demikian arsitek lokal bisa meningkatkan diri. Ini tugas ibu Mari sebagai menteri memikirkan hal ini," imbuhnya.
RS Swasta untuk Kalangan Mampu
Dalam kesempatan itu Ciputra juga mengungkap adanya perbedaan antara rumah sakit pemerintah dengan rumah sakit swasta, berdasarkan segmentasi pasiennya. Mneurutnya, rumah sakit pemerintah melayani kesehatan masyarakat kurang mampu, sedangkan rumah sakit swasta untuk golongan menengah ke atas.
"Ada pembagian. Rumah sakit swasta adalah golongan menengah. Untuk yang kurang mampu adalah rumah sakit pemerintah," katanya.
Sebagai contoh ia menyebutkan rumah sakit Ciputra Hospital yang baru saja diresmikan, yang memang diperuntukan untuk warga perumahan Citra Raya Tangerang dan sekitarnya yang berkemampuan ekonomi menengah atas.
Namun saat situasi darurat, rumah sakit Ciputra Hospital masih mau menerima masyarakat tidak mampu yang butuh pertolongan segera. Tentu saja komitmen ini tidak selamanya, sebab dalam waktu dekat Ciputra Hospital juga akan segera bekerja sama dengan rumah sakit pemerintah.
"Kalau mendadak, kita tetap layani dengan kerja sama dengan rumah sakit itu (pemerintah). Di sini ada dua rumah sakit pemerintah," tambahnya.
Rumah Sakit Ciputra Hospital Tangerang dibangun dengan dana Rp 120 miliar, di atas area seluas 12.000 meter persegi dan terdiri dari empat lantai. Total luas bangunan mencapai 10.000 meter persegi.
Rumah sakit Ciputra Hospital Tangerang memiliki fasilitas poli klinik, medical check up, dan unit gawat darurat. Selain itu ada fasilitas radiologi, laboratorium, farmasi, fisoterapi dan lain-lain.
sumber : detik